JATIMPOS.CO/PAMEKASAN - Puluhan mahasiswa IAIN Madura di Pamekasan menggelar aksi demo. Mereka menuntut keringanan UKT (Uang Kuliah Tunggal). Aksi demo diwarnai bakar ban bekas. Walhasil, kawasan kampus di Jalan Raya Panglegur itu sempat diselimuti asap hitam tebal pekat.
Korlap aski demo, Ubaidillah menuntut Rektor IAIN Madura, Mohammad Kosim merevisi SE (Surat Edaran) Rektor Nomor B-815/In.38/R/PP.00.9/06/2020 tentang keringanan Uang Kuliah Tunggal (UKT) semester depan dan realisasi fasilitas kuliah daring untuk mahasiswa.
"Kami minta pihak rektorat memberi pemotongan UKT 50% tanpa syarat. Kami juga meminta fasilitas kuliah daring berupa kuota internet kepada seluruh mahasiswa," seru Ubaidillah saat aksi, Selasa (23/6/2020).
Ubaidillah yang juga Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) IAIN Madura, mengatakan, aksi demo kali kedua ini tetap menuntut rektorat memberikan keringan UKT dan fasilitas kuliah daring. Menurut Ubaidillah, edaran rektorat dipandang abai pada situasi dan kondisi belakangan ini dengan tingkat perekonomian keluarga yang anjlok.
"Syukurlah, rektorat akhinya mengabulkan tuntutan kami. Meski tidak utuh, namun tuntutan terkait UKT dan fasilitas kuliah daring dikabulkan rektorat," kata Ubaidillah.
Terpisah, Rektor IAIN Madura, Mohammad Kosim menanggapi tuntutan masa aksi tersebut, bahwa kebijakan yang telah dikeluarkan melalui surat edaran tersebut belum layak, sehingga mahasiswa itu kembali melakukan aksi. "Mungkin pemotongan sebesar 15% dinilai belum layak, maka mereka mengusulkan pemotongan 50%," kata Kosim.
Kosim mengaku melakukan perhitungan kemampuan keuangan kampus. Pasalnya, kekuatan keuangan kampus diambil dari Jakarta sebanyak Rp 9,1 Miliar. Dengan rincian Rp 7 M dari APBN dan Rp 2,1 M dari UKT mahasiswa.
Menurut Kosim sapaannya, tuntutan mengenai keringan UKT semester depan telah dipenuhi menjadi 20% yang awalnya hanya 15%, dengan syarat scan KTM/KHS terbaru dan menyertakan rekomendasi dari Kepala Desa (Kades) atau dari Lurah.
"Pemotongan UKT 15% ini sebenarnya sudah tertinggi se-PTAIN, apalagi 20%. Pemotongan UKT di IAIN Madura ini tertinggi dari kampus yang lain," papar pria asal Sampang itu
Alumni aktivis PMII itu menegaskan, penggunaan paket kouta internet gratis untuk mahasiswa di semester kemarin memang belum ada rekomendasi. Hal itu hanya dibolehkan dianggarkan pada semester depan ini.
"Semester kemarin memang belum ada untuk kouta paket internet dan aturannya belum ada yang membolehkan. Sekarang sudah membolehkan, makanya semester depan ini kita menganggarkan paket internet dan didalamnya nanti menyiapkan aplikasi E-Learning untuk mempermudah kuliah daring,"tutup Kosim. (ap)