JATIMPOS.CO/LAMONGAN - Meski kondisi harga cabai dipasaran sedang melambung tinggi, namun tidak membuat petani cabai di Lamongan senang. Bahkan diantara mereka merasa was-was karena saat ini lahannya segang di serang hama. Hal ini seperti dialami petani cabai di Desa Tebluru Kecamatan Solokuro Lamongan.
Salah satu petani cabai Desa Tebluru Redono mengaku sangat kuatir dengan pertumbuhan cabainya yang kurang maksimal. Pasalnya jelang tanaman akan mulai bisa dipanen justru mengalami banyak gangguan.
Selain rumpun pada pucuk-pucuk daunnya mengalami kriting juga munculnya hama yang disebabkan oleh pertumbuhan jamur Colletotrichum capsici tersebut menyerang tanaman cabai belum lama ini. Cuaca yang labil, ia tuding jadi biang kemunculan hama yang oleh petani biasa disebut patek tersebut.
“Kami kewalahan dalam menangani kehadiran jamur Antraknosa ini, perkembangannya cepat sekali. Untuk menangkal jamur, segala cara dan obat-obatan kami gunakan,” kata Redono, Ranu (20/01/2021).
Dia menjelaskan dalam kondisi norman panen cabai biasanya bisa dilakukan pada 90 hari setelah masa tanam. Upaya pemetikan dilakukan selama lima hari sekali.
“Ini baru empat kali petik sudah gagal, malah sudah kena jamur, akhirnya kami pun merugi karena tidak bisa melakukan panen cabai,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Desa Tebluru, Kecamatan Solokuro, Hamtoro Huda membenarkan bahwa hampir seluruh lahan pertanian yang ditanami cabai terkena hama.
Ia mengatakan selain patek dan kriting, mati layu pun juga menjadi momok tersendiri bagi petani cabai di Desa Solokuro.
"Lahan pertanian di Desa Solokuro seluas 518 Ha hampir 75 persen ditanami cabai. Sebelumnya petani setempat menanam padi, jagung dan kacang tetapi gagal karena diserang hama tikus," terang Hamtoro Huda.
Hamtoro Huda menambahkan sudah tiga tahun terakhir ini, petani cabai di Desa Tebluru selalu was-was saat tanamannya mulai berbunga bahkan berbuah. Hama Patek, mati layu dan kriting selalu mengintai. Segal acara sudah dilakukan, namun hama tersebut semakin menjadi-jadi.
Lebih lanjut Hamtoro mengatakan serangan hama patek langsung menyerang pada bagian buah. Sehingga cabai langsung membusuk sampai tak ada bagian yang bisa dimanfaatkan. Padahal tanaman yang terserang hama patek rata-rata sudah memasuki masa panen. Akibat serangan hama patek, para petani mengalami kerugian besar karena hasil panen terancam menurun.
“Ini tentu saja merupakan kerugian yang sangat besar bagi kami. Apalagi saat ini harga cabai masih terbilang tinggi. Seharusnya kami menuai keuntungan dari hasil penjualan cabai, akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya,” ujarnya.
Untuk itu, pihaknya berharap adanya perhatian dan bantuan dari pemerintah guna memberikan solusi membasmi hama yang dirasakan para petani cabai di Desanya. (bis)