JATIMPOS.CO//SURABAYA- Tim Penggerak (TP) PKK Prov. Jatim terus berkolaborasi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Jatim untuk menurunkan angka kurang gizi kronis (stunting). Bentuk kolaborasi yang kali ini dilakukan yakni melalui program sekolah bagi orang tua yang memiliki balita. Program tersebut dibuat untuk menekan angka stunting di Jatim.

Ketua TP PKK Jatim Arumi Bachsin Emil Elestianto Dardak mengatakan, program tersebut dinilai sangat bagus. Karena, program tersebut memberikan pendidikan bagi orang tua agar mampu mengasuh anak mereka dengan benar.

“Sebagian besar balita terkena stunting disebabkan minimnya pengetahuan ibu dan ayah dalam merawat balita,” kata Arumi Bachsin saat menghadiri rapat koordinasi (Rakor) Teknis Kemitraan Program Bangga Kencana di BKKBN Jatim, Jalan Airlangga Surabaya, Selasa, (9/3).

Untuk mewujudkan program tersebut, Arumi menegaskan, bahwa TP PKK Jatim siap menggerakkan seluruh kader di tingkat kabupaten/kota. Utamanya untuk ikut mensosialisasikan program sekolah bagi orang tua yang memiliki balita.

“Ini tanggung jawab baru dan pasti kita gerakkan kader-kader PKK sekaligus memberikan sosialisasi terkait program tersebut,” tegasnya.

Menurut Arumi, kolaborasi antara TP PKK dan BKKBN Jatim sudah terjalin cukup lama. Salah satunya menjalankan program kampung Keluarga Berencana (KB) dan kontrasepsi. “Sebelumnya, PKK dan BKKBN Jatim memiliki hubungan yang sangat baik di segala jenjang,” tuturnya.

Dengan adanya kolaborasi semacam itu, lanjut Arumi, akan semakin memupuk semangat untuk bersama-sama berkomitmen membangun generasi bangsa yang cerdas dan bermartabat. “Merekatkan kembali hubungan karena sasaran kami sama, yakni keluarga,” ucapnya.

Arumi menyebutkan, dalam pencegahan stunting di Jatim, peran PKK salah satunya yakni meningkatkan kesadaran masyarakat dengan menggerakkan peran kader PKK. Upaya tersebut bertujuan agar memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pengetahuan dan kesadaran keluarga akan pentingnya kesehatan ibu dan anak (KIA).

“Selain itu, peningkatan upaya advokasi dan perencanaan yang mendukung pemberdayaan masyarakat serta pemuktahiran data dan informasi,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala BKKBN Perwakilan Jatim, Sukaryo Teguh Santoso menuturkan, rencana program sekolah bagi orang tua yang memiliki balita sudah ditetapkan sebagai pilot project di Kabupaten Pasuruan.

“Namun karena pandemi, masih sedikit agak terhambat dan ini akan ditindaklanjuti oleh TP PKK,” ucap Teguh.

Menurutnya, inti dari program tersebut sebagai pembelajaran non formal bagi keluarga-keluarga yang memiliki balita. Utamanya, sebut Teguh, untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi, keterampilan serta pengetahuan dalam mengasuh balita.

“Jadi nanti, pembekalan sekolah mengasuh balita tidak hanya diberikan kepada kaum perempuan saja, tetapi laki-laki juga dibekali pada sesi-sesi tertentu dengan cara yang lebih cultural,” ujarnya.

Lebih lanjut dirinya menjelaskan, skema pembelajaran bagi orang tua dalam mengasuh balita diberikan secara tidak formal. Akan tetapi, lanjut Teguh, sifatnya non formal. “Nanti ada pembelajaran tatap muka, ada pula pembelajaran daring karena masih pandemi Covid-19,” ungkapnya.

Dengan adanya program semacam itu, Teguh berharap, angka stunting di Jatim menurun. Sebab, secara prosentase angka stunting di Jatim saat ini mencapai 26,8 persen. “Semoga angka stunting menurun karena kalau melihat ritmenya hingga 2024, mungkin bisa turun sampai 14 persen,” tandasnya.

Adapun dalam rakor tersebut juga diselenggarakan panel diskusi percepatan penurunan angka stunting di Jatim bersama Kolonel Inf. Ahmad Basuki selaku Asisten Teritorial Kodam V Brawijaya, Ketua TP PKK Jatim Arumi Bachsin Emil Elestianto Dardak dan Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Warsiti.(*)