JATIMPOS.CO/KABUPATEN MOJOKERTO - Upaya meningkatkan sumber daya manusia (SDM) untuk menangani kebencanaan khususnya pasca bencana, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto menggelar pelatihan pengkajian kebutuhan pasca bencana (Jitupasna) di aula Hotel Grand Whiz Trawas, pada Selasa, (26/3) sore.

Pelatihan yang diinisiasi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Mojokerto itu, diikuti sedikitnya 40 peserta dari berbagai unsur OPD. Pada pelaksanaan pelatihan ini, BPBD Kabupaten Mojokerto juga mengundang narasumber dari FPRB Provinsi Jawa Timur.

Kegiatan yang dibuka langsung oleh Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati itu, juga turut dihadiri oleh Kalaksa BPBD kabupaten Mojokerto Yo'i Afrida, para kepala OPD, dan jajaran Forkopimca Trawas.

Bupati Ikfina juga menyerahkan secara simbolis pompa Alkon (Sedot Banjir) kepada 7 Desa yaitu Desa Kembangsri Kecamatan Ngoro, Desa banyulegi Kecamatan Dawarblandong, Desa Kebondalem dan Jotangan kecamatan Mojosari, Desa Pekuwon Dan Salen kecamatan Bangsal, Serta Wonorejo Kecamatan Trowulan. Selain penyerahan pompa alkon Bupati Ikfina juga menandatangani dokumen RPKP bersama Kalaksa BPBD kabupaten.

Dalam arahannya, Bupati perempuan pertama di Mojokerto itu meminta agar dilakukan simulasi atau pelatihan terhadap alat alkon yang baru saja diserahkan, hak tersebut agar ketika terjadi bencana banjir ataupun kebakaran dapat teratasi dengan baik.

"Saya minta adanya simulasi untuk bagaimana cara penggunaan alat alkon ini digunakan untuk memompa air ke sungai begitu pula memompa air untuk memadamkan kebakaran supaya bisa bekerja dengan efektif dalam mengatasi bencana di daerahnya," ujarnya.

Bupati Ikfina juga mengatakan, bahwa penyebab terjadinya banjir akhir-akhir ini yang melanda beberapa wilayah di Bumi Majapahit disebabkan oleh tingginya curah hujan akibat badai El Nino yang berkepanjangan dan tidak mampu ditampung dengan baik oleh sungai dan tanggul di Kabupaten Mojokerto, maka dari itu ia menilai dibutuhkan lahan resapan dengan pohon-pohon yang mampu mengurangi derasnya aliran air saat hujan besar.

"Kita butuh lahan untuk resapan air yang baik, dengan pohon-pohon yang mampu mengurangi derasnya arus air hujan, jadi tidak hanya sekedar lahan yang luas, kemiringan lahannya pun harus 40°, agar resapannya bisa bagus," jelasnya.

Selain permasalahan banjir dan daerah resapan air. Bupati juga membahas masalah terkait kebakaran hutan (Karhutla) di daerah pegunungan yang disebabkan oleh kemarau yang berkepanjangan. Bupati yang juga pernah berprofesi sebagai dokter itu meminta untuk fokus dan serius pada permasalahan banjir dan kekeringan agar bisa diselesaikan secara bersamaan.

"Banjir dan kekeringan ini adalah dua hal yang serius jadi perlu kita selesaikan sekaligus, tidak bisa satu persatu, tidak bisa kekeringannya dulu, baru kemudian banjirnya, karena keduanya saling mempengaruhi," pungkasnya. (din/rls)