JATIMPOS.CO/KABUPATRN MOJOKERTO - Dewan Lembaga Pelestari Adat, dan Budaya Majapahit akan bersikap netral, tidak akan mengarahkan anggotanya untuk memilih Paslon yang bertarung di Pilkada Mojokerto 2020. Kalau terlihat ada anggota yang bermain politik, itu merupakan tindakan pribadi, bukan atas nama lembaga.
Hal tersebut disampaikan oleh Suhartono alias Nono usai dikukuhkan menjadi ketua Dewan Lembaga Pelestari Adat dan Budaya Majapahit Periode 2020- 2023, Minggu ( 19/7/2020).
Menurutnya, dirinya akan bersungguh – sungguh meningkatkan dan membesarkan Lembaga Pelestari Adat dan Budaya Majapahit yang dipimpinnya akan bersikap netral dalam Pilkada, dan akan menjadiksn lembaganya penyalur aspirasi masyarakat Mojokerto untuk disampaikan pada Pemerintah.
”Lembaga ini akan menjadi wadah sebagai penyalur aspirasi masyarakat, kalau di agama Islam itu semacam Lembaga MUI yang mewakili aspirasi masyarakat,” ucap Suhartono ketika di dusun Brubuh Desa Sampang agung Kecamatan Kutorejo tempat pengukuhan.
Mantan Kades Sampang Agung Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto, ini juga meyakinkan pada anggotanya membacakan sumpah dan janji menjalankan lembaganya dengan bersungguh sungguh dan bertanggung jawab.
“Saya Suhartono (Nono) berjanji pada NKRI, patuh dan taat mencintai negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila. Saya berjanji kepada leluhur, bahwa Putra Majapahit akan melindungi seluruh umat, melindungi alam, mencintai umat dan saling menyayangi,” janji Nono sapaan akrab Suhartono.
Perlu diketahui julukan bagi Anggota Lembaga Pelestari Adat dan Budaya Majapahit adalah Putra Wayah Majapahit. Yel Yel berkali – kali di gaungkan saat pengukuhan.
Sementara itu, Disporabudpar Kabupaten Mojokerto yang diwakili Sekretaris Disporabudpar Sudiyono mengatakan, terima kasih pada pengurus lama yang telah membimbing, membina pada lembaga Pelestari budaya dan pengurus baru harus mengacu pada pengurus lama, mana program yang baik, perlu ditingkatkan, dikembangkan.
“Atas nama Disporabudpar Kabupaten Mojokerto mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya pada pengurus lembaga Pelestari adat dan budaya Majapahit, karena Kerajaan Majapahit merupakan Embrio Cikal bakal NKRI,“ katanya.
Eko Purbo Diningrat selaku pembina budaya dan pemangku doa acara prosesi pengukuhan pada wartawan mengatakan, sesuai dengan adat dan budaya serta tradisi, setiap kota, desa dan propinsi yang membawa adat, setiap pengukuhan dewan adat atau ketua adat, harus berkirim doa pada leluhur, makanya hari ini tampak ada berbagai macam nasi tumpeng.
“Ada tumpeng emas, sebagai simbol kejayaan, ada tumpeng Jendet sebagai simbol terikat, kita harus terikat menjadi satu kekuatan, ada tumpeng kuat sebagai simbol kekuatan jiwa kita, ada tumpeng pebgapuro, sebagai simbol meminta ampunan pada Tuhan yang maha esa, bila ada kekeliruan tokoh tokoh dalam menjalankan tugasnya,” terangnya. (din)