JATIMPOS.CO/KABUPATEN JEMBER - Pemerintah Kabupaten Jember mendorong kolaborasi dengan perguruan tinggi untuk melakukan kajian mendalam terhadap efektivitas penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) selama sepuluh tahun terakhir. Tujuannya adalah mengevaluasi dampaknya terhadap penurunan kemiskinan, stunting, dan angka kematian ibu serta anak.

Hal ini disampaikan Bupati Jember, Muhammad Fawait (Gus Fawait), dalam acara mingguan Pro Guse yang digelar di Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Jember, Rabu malam (18/6/2025).

"APBD Jember ini sekitar 40 sampai 50 triliun. Nanti, saya nanti akan gandeng universitas yang ada di kabupaten Jember untuk melakukan kajian efektivitas APBD Jember selama 10 tahun terakhir terhadap penurunan kemiskinan, stunting dan AKI serta Anak," kata Gus Fawait.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, jumlah penduduk miskin pada 2023 tercatat sebanyak 236.460 jiwa. Adapun angka kemiskinan ekstrem per Maret 2024 tercatat sebesar 9,01%, sedikit turun dari 9,51% pada Maret 2023.

Meski ada penurunan, Gus Fawait menilai capaian tersebut belum sebanding dengan besarnya anggaran yang telah digelontorkan.

"Data kita lihat dan setelah itu kita lakukan riset dan penelitian, apakah ini benar secara aqidah ilmiah. Supaya menuturkan subjekfitas," ulasnya.

"Walaupun secara angka APBD kita hampir 50 triliun. Angka Kemiskinan ekstrim kita tidak menurun, stunting malah naik, angka Kematian ibu tinggi dan bayi. Secara kasat mata ini tidak efektif," tambahnya.

Ia menambahkan, Pemkab akan mengedepankan pendekatan ilmiah agar hasil kajian ini dapat digunakan sebagai dasar kebijakan pembangunan ke depan secara objektif.

"Bukan menyalahkan yang lama tetapi menjadi referensi didalam pembangunan kabupaten Jember yang akan datang," tutupnya. (Ari)