JATIMPOS.CO//MALANG- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jatim menyelenggarakan Pelatihan Bagi Pelaku Usaha Jasa Pariwisata Di Kawasan Desa Wisata jenis Usaha Jasa Makanan dan Minuman (Mamin). Kegiatan berlangsung Selasa hingga Kamis (7-9 Juni 2022) Di Bess Resort And Waterpark Malang Anggun Sejahtera Residence Lawang Kabupaten Malang.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Provinsi Jatim, Sinarto, S.Kar, MM yang hadir pada kesempatan itu mengharapkan Pelatihan ini dapat meningkatkan pengetahuan, motivasi, dan kompetensi para pengusaha agar dapat memperbaiki kualitas produknya.

“Sehingga wisatawan akan merasa nyaman dan aman saat mengkonsumsi atau membeli produk makanan dan minuman di desa wisata,” ujarnya.

Kegiatan ini diikuti secara offline oleh 76 peserta terdiri dari pelaku usaha makanan dan minuman di kawasan Desa Wisata di Jawa Timur.

Disebutkan, Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyatakan bahwa untuk meningkatkan perekonomian nasional dan mewujudkan desa wisata yang berkelas dunia, berdaya saing global dan berkelanjutan, maka Kemenparekraf menyelenggarakan kegiatan Anugerah Desa Wisata (Adwi 2022) Dengan Tema "Indonesia Bangkit".

"Di ajang ADWI saat ini, terdapat 3.419 Desa Wisata dari 34 Provinsi di Indonesia yang lolos dilakukan kurasi dan dapat diketahui bahwa 31 desa wisata Di Jawa Timur (dari 17 kabupaten/kota) telah terseleksi masuk dalam 500 besar. Dari sini kita dapat melihat bahwa Jawa Timur memiliki potensi yang luar biasa di bidang pariwisata," kata Kadisbudpar Jatim.

Data di Disbudpar Jatim saat ini Desa Wisata Di Jawa Timur sebanyak 573 desa dengan rincian 1 desa wisata mandiri (Pujon Kidul), 24 merupakan Desa Wisata Maju, 55 Desa Berkembang dan 493 merupakan Desa Rintisan.

“Dengan adanya potensi besar ini, tentunya perlu disupport oleh aspek lain yang bisa mendukung optimalisasi perkembangan desa wisata. Salah satu bidang yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah adalah usaha makanan dan minuman,” ujarnya.

“Persoalan mamin di lokasi desa wisata kadang terlihat sepele, tapi memiliki efek panjang bila hal itu dibiarkan begitu saja. apalagi, sebagian besar mamin yang dijual di wisata desa merupakan produk olahan rumahan yang kadang belum berlabel, tidak diberi tanggal kedaluwarsa dan memiliki kemasan tidak standar,” tambahnya. (ist)