JATIMPOS.CO/TUBAN – Pemandangan berbeda tersaji saat masuk lingkungan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Tuban. Bukan sekadar belajar membaca menulis melainkan siswa-siswi juga juga diajarkan menggali dan mengeksplorasi bakat terpendam yang diaktualisasikan dalam bentuk karya. Apa itu karyanya, yakni membatik.

Sekolah yang berada di Jalan Prof. Dr. KH. Fatkhurrahman Kafrawi, Bogorejo, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban  diketahui satu-satunya sekolah di Tuban yang memberikan pelatihan membatik.

Dalam satu kesempatan Kepala SMPN 4 Tuban, Widyatmiko menceritakan bahwa munculnya gagasan membatik baru dimulai pada setahun terakhir saat mendengar ada sejumlah anak didiknya yang berbakat membatik. Dasar dan teknik yang dimiliki sejumlah anak tersebut membuatnya termotivasi untuk menularkan dan dikembangkan. Lalu menurutnya apa salahnya bila bakat tersebut diterapkan sampai ke lingkungan sekolah.

Pak Wid, begitu sapaannya menambahkan bahwa anak-anak yang sudah bisa membatik tersebut dipengaruhi oleh lingkungan keluarga yang kebetulan memiliki home industri membatik. Berangkat dari semangat itu lalu sekolah merespon baik dengan mendatangkan pembimbing. Yakni 2 tenaga ahli, 1 guru sarjana seni batik, dan 3 guru seni budaya untuk memberi penguatan jalannya proses pembuatan batik.

Kegiatan ketrampilan membatik yang masuk dalam mata pelajaran muatan lokal ini sengaja diajarkan pada anak didik yang ada di bangku kelas 7 dan 8. Sedikitnya ada 80 siswa. Dia mengatakan alasan yang membuat siswa tertarik untuk belajar membatik adalah karena batik dapat di-improve dengan corak unik dan beragam.  Selain itu menjadi kebanggaan tersendiri bisa ikut serta dalam melestarikan budaya daerah khususnya di Kabupaten Tuban.

Dengan mengandalkan ketangkasan dan perlengkapan membatik, siswa mencoba menonjolkan motif kuda berhadapan dan angka 4 sebagai ciri sekolah. Selain itu terdapat motif siwalan dan motif lung kacang sebagai simbol kota Tuban. Warna lebih cenderung memilih biru, kuning dan putih. Kenapa dominasi biru, karena warna biru menyesuaikan seragam bawahan SMP.  

Penuh kesabaran, ulet, dan ketangkasan anak didik dari kelas 7 sedang praktik membatik. Sebelumnya mereka didampingi oleh guru pembimbing yang mengajarinya sampai bisa dan mengerti cara membatik
Penuh kesabaran, ulet, dan ketangkasan anak didik dari kelas 7 sedang praktik membatik. Sebelumnya mereka didampingi oleh guru pembimbing yang mengajarinya sampai bisa dan mengerti cara membatik

 

Pak Wid mengatakan mengangkat motif siwalan, kacang tanah, dan juga kuda ronggolawe dan terdapat angka 4 menjadi ciri pembeda dari batik Tuban lainnya. Perpaduan tersebut tanpa meninggalkan nilai filosofi yang menjadi ciri khas kota Tuban. Baginya sebisa mungkin karya seni yang diproduksi oleh anak didiknya digali dari keragaman kekayaan di bumi Tuban, sehingga dapat menggugah kebanggaan serta mendapat tempat di hati masyarakat Tuban.

Lebih lanjut lagi dikatakan, dari berbagai motif yang disiapkan, pada tahun ajaran baru mendatang SMPN 4 akan menggunakan hasil karya batiknya untuk seragam sekolah. Saat ini masih dalam proses pengerjaan desain dan pencantingan. Menurutnya, sebuah kebanggan tersendiri bisa menggunakan karya anak didik.

“Insyaallah tahun ajaran baru 2022 – 2023 sudah bisa dipakai sebagai seragam batik siswa,” kata Widyatmiko.

Mengenai tempat selain dikerjakan di sekolah, membatik juga dikerjakan di Royan Batik Sumurgung, sebab sudah bekerjasama dengan home industri batik di wilayah sekitar SMPN 4 Tuban. Hal ini dilakukan karena pengelolanya alumni SMPN 4 Tuban, sehingga dirasa tepat untuk membantu mengajari membatik sampai pada bagaimana pengelolaan hingga sasaran market. Dorongan dari kemitraan ini menjadi modal besar bagi siswa - siswi untuk menumbuhkembangkan kreatifitas hingga nantinya berujung pada wirasusaha.

Kedepan hasil karya anak didiknya akan didaftarkan ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual sebagai bentuk keseriusan. Dengan pemberlakuan hak paten maka bisa meminimalkan terjadinya pembajakan atau diakui oleh pihak lain.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan Tuban Witono mendukung penuh kreatifitas yang dilakukan SMPN 4. Bukan hal mustahil eksplorasi yang dilakukan sekolah akan membuahkan hasil ekonomi yang produktif. Setidaknya yang dilakukan sekolah sudah berusaha menumbuhkan semangat pengrajin berwirausaha.

“Tekad bulat yang dilakukan SMPN 4 menanamkan siswanya untuk berlatih membatik menjadi poin plus, sebab tidak hanya mengajarkan materi pendidikan normatif melainkan siswa dilatih untuk belajar menghasilkan sebuah karya,” terangnya.

Witono mendorong agar pihak sekolah menggali minat bakat dan potensi siswa agar di sekolah tersebut ada semacam sesuatu yang diandalkan. Sekaligus hal ini memberikan ruang ekspresi guna lahirnya generasi tangguh dan berkarakter.

Mendengar aktivitas kreatif yang dilakukan SMPN 4 Tuban, Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky mengapresiasi kemampuan bakat siswa di sekolah tersebut. Apresiasi ini ditunjukkannya dengan berencana memberikan perhatian dan dukungan. Pemkab mendorong segala bentuk kreatifitas yang dapat menumbuhkan ekonomi kreatif. kata dia, sumbu ini sudah ditanamkan dari lingkungan pihak SMPN 4 Tuban.

“Kami mengapresiasi inovasi dan kreatifitas siswa – siswi di SMPN 4 Tuban. Kepada guru pembimbing dan kepala sekolah harus tetap memberikan motivasi anak didiknya untuk terus semangat mengasah skill,” kata Mas Bupati Lindra kepada Jatim Pos belakangan ini.

Karya seni batik, menurutnya diperlukan keuletan dan kesabaran tinggi untuk menghasilkan sebuah karya terbaik. Menentukan desain, pola, motif diharapkan mengusung nilai-nilai kekayaan yang ada di Kabupaten Tuban sebagai bentuk promosi. Ke depan Pemkab Tuban akan berusaha menjadikan batik karya anak sekolah menjadi seragam unggulan. (min)