JATIMPOS.CO/KABUPATEN MOJOKERTO - Pelaksanaan Kongres Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU) III yang digelar mulai tanggal 26- 28 Mei 2022 di Ponpes Amanatul Ummah dan Masjid IKHAC Pacet - Kabupaten Mojokerto resmi ditutup oleh Wakil Menteri Agama RI Dr H Zainut Tauhid Sa’adi, M.Si.
“Kami tidak rela Madrasah dicoret, tidak dicantumkan dalam draf RUU Sisdiknas. Kami rekomendasikan pada Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Kemendiknas) untuk mengakui dan mencantumkan Madrasah masuk dalam Sistem Pendidikan Nasional,” ujar Prof Dr KH Asep Saifudin Chalim, MA, Ketua Pergunu terpilih masa Bhakti 2022-2027 saat memberi sambutan pada penutupan Kongres Pergunu III di Masjid IKHAC Pacet - Kabupaten Mojokerto, Sabtu (28/5/2022) malam.
Menurutnya, tidak mencantumkan Madrasah dalam Sisdiknas merupakan sumber kerawanan yang akan jadi kegelisahan bagi sebagian bangsa Indonesia dan umat Islam, konseptor penyusunan sisdiknas tidak berpikir sejauh itu.
“Kenapa dikesampingkan Madrasah oleh Kemendiknas, tidak dimasukkan dalam draf RUU Sisdiknas, tapi hanya akan dijelaskan dalam bab penjelasan. Bahkan peristiwa sebelumnya juga menyakitkan kami umat Islam, Dirjen Kebudayaan Kemendiknas juga telah menghapus dan tidak mencantumkan pejuang – pejuang dari Islam, khususnya pejuang dari Ulama NU? Ini menjadi dasar pemikiran kami, kami (PERGUNU) cinta Indonesia, kami menjaga Indonesia, kami pemilik Indonesia, maksudnya kami harus bertindak sebagai pemilik,” sesal Kyai Asep.
Lanjut dikatakan Prof Dr KH Asep Saifudin Chalim, MA, semoga keluh kesah ini didengar oleh Presiden RI, sikap PERGUNU dalam protes atas dicoretnya Madrasah dalam Sisdiknas tidak sendirian saat pembukaan Kongres Pergunu III, yang dihadiri oleh Ketua Komisi VIII DPR RI.
”Saya sampaikan draf RUU Sisdiknas yang diajukan oleh Kemendiknas tidak mencantumkan Madrasah itu tidak layak disampaikan ke DPR RI,” tegas Kyai Asep.
Sementara itu Wakil Menteri Agama RI Dr H Zainut Tauhid Sa’adi, M.Si mengatakan, memang ketua Pergunu tadi menyampaikan beberapa rekom terkait hilangnya Madrasah dalam draf UU Sisdiknas oleh Kemendikbud, “Bagian rekom akan kami sampaikan pada semua pihak terkait, Kemendikbud, DPR RI dan kepada Kemenag RI, bila diberikan, Kemenag RI akan mencermati draf perubahan RUU Sisdiknas,” terangnya.
Masih kata Zainut Tauhid, berharap pada Ketua Pergunu terpilih, Prof Dr KH Asep Saifudin Chalim bisa membawa Pergunu lebih hebat dan bermartabat, bisa memperkuat pendidikan generasi Islami yang takwa, terampil, berakhlakul karimah dan mencintai tanah airnya. “Semoga Pergunu terus menanamkan keimanan dan ketaqwaan anak didik membentuk generasi akhlakul karimah, semangat mendidik dan mentranfer ilmu akademik,“ ujarnya.
Pada kesempatan itu, Wabup Mojokerto H Muhamad Al Barra mengatakan, selamat atas taepilihnya kembali Prof Dr KH Asep Saifudin Chalim, MA, sebagai Ketua Pergunu 2022-2027, semoga organisasi Pergunu bisa membawa kemaslahatan bagi masyarakat.
”Sebagai tuan rumah kami ucapkan terima kasih dan penyelenggaraan Kongres Pergunu III disiarkan langsung oleh sejumlah media sehingga Kabupaten Mojokerto jadi terkenal di Indonesia,” terangnya.
Lanjut dikatakan Gus Barra, saat pembukaan Kongres Pergunu III, dapat informasi dari Pergunu, ada upaya negara tak akui Madrasah, sangat disayangkan, padahal guru itu tidak hanya mentranfer ilmu pengetahuan tapi juga mendidik dan membina. ”Sudah sepatutnya pemerintah/negara menghargai jasa guru,” ucapnya.
Masih kata Gus Barra dalam sambutan penutupan Kongres Pergunu, ia menirukan sambutan Bu Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa ketika sampbutan pembukaan Kongres Pergunu kemarin, yang menyatakan, metodologi lebih penting dari materi itu sendiri, guru lebih penting dari metodologi, ruh seorang guru itu lebih penting dari guru itu sendiri. “Tugas guru modern, lebih berat guru tak hanya dituntut pemahaman materi, tapi juga mendidik,” katanya.
Dihadapan peserta Pergunu dari berbagai daerah di Indonesia, Gus Barra menjelaskan pembagian orang tua menurut prespektif kitab ta'lim muta' alim, bahwa orang tua kita itu ada tiga, orang yang melahirkan, orang yang membesarkan, orangtua yang menikahkan kita (mertua) orang yang telah mendidik mengajar ilmu hingga bisa berguna. ”Jadi orangtua itu ada tiga, orangtua kandung, mertua dan guru di sekolah maupun pesantren,” tuturnya. (din)