JATIMPOS.CO//JEMBER – Beberapa waktu yang lalu, sejumlah warga di sekitar Pabrik Gula (PG) Semboro, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember, sempat melayangkan protes terkait abu yang keluar dari cerobong asap pabrik.

Menanggapi hal tersebut, pihak manajemen PG Semboro angkat bicara dan menjelaskan kronologi serta langkah perbaikan yang telah dilakukan.

Diputra Risman, Manager Akutansi, Keuangan, dan Umum (AKU) PT SGN Pabrik Gula Semboro, mengakui bahwa di awal musim giling sempat terjadi masalah dengan keluarnya abu dari cerobong asap. Hal ini disebabkan oleh kurangnya bahan baku tebu pada awal panen.

"Kami sempat kesulitan bahan baku tebu saat awal giling panen, nah hal ini yang menyebabkan pembakaran ketel kami menggunakan sekem, cacah kayu, dan lainnya ya bisa menyebabkan sisa pembakaran berupa abu," ujar Dipo, sapaan akrab Diputra Risman.

Namun, Dipo menjelaskan bahwa kondisi tersebut kini telah diperbaiki. Dengan bahan baku tebu yang sudah cukup, pembakaran ketel kini menggunakan ampas tebu, dan pabrik telah memasang paranet di atas cerobong untuk mencegah keluarnya abu.

"Sekarang, karena bahan baku tebu sudah cukup untuk produksi penuh, kami menggunakan ampas tebu sebagai bahan pembakaran ketel. Kami juga telah memasang paranet di atas cerobong sehingga abu tidak lagi keluar dari pabrik," tambahnya.

Dipo juga menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat sekitar pabrik yang sempat terganggu akibat abu dari cerobong asap di awal musim giling.

"Kami berharap masyarakat bisa bersabar. Kami telah melakukan perbaikan, dan saat ini dampak abu tidak lagi dirasakan oleh masyarakat," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Desa Semboro, Antoni, mengonfirmasi adanya protes dari warga pada awal musim giling, namun menyatakan bahwa masalah tersebut telah terselesaikan berkat komunikasi dan mediasi antara masyarakat, desa, dan pihak pabrik.

"Kami bersyukur bahwa setelah adanya aduan warga, pihak pabrik merespons dan melakukan perbaikan, sehingga sekarang abu sudah jauh berkurang dibandingkan awal giling," ungkap Antoni.

Antoni juga mengajak masyarakat untuk menyampaikan keluhan atau protes terkait pabrik gula Semboro melalui pihak desa agar dapat difasilitasi secara baik dan tidak terkesan mencari-cari masalah, sehingga PG Semboro dapat terus memproduksi gula tanpa hambatan.

Selain itu, Antoni menyarankan agar pihak pabrik lebih memprioritaskan warga sekitar dalam rekrutmen pekerja, dengan tetap mempertimbangkan kriteria yang dibutuhkan oleh pabrik.

"Kami menyarankan agar pabrik lebih mengutamakan warga sekitar dalam penerimaan karyawan, tentu dengan kriteria yang sesuai dengan kebutuhan pabrik gula Semboro," tutupnya.(Ari)