JATIMPOS.CO//SINGAPORE – Humas Pemkot Surabaya mengajak sejumlah wartawan melakukan studi banding liputan ke Singapura, (20-21 Desember 2019) bidang : Perencanaan Pembangunan, Pengembangan Transportasi Publik dan Manajemen Pengelolaan Air. Berikut catatan wartawan Jatim Pos yang turut berkunjung ke Singapura.

Salahsatu yang dikunjungi adalah Singapore City Gallery yang juga disebut URA (Urban Redevelopment Authority) Center, pada Sabtu (21/12/2019). Ini untuk mempelajari sejarah perkembangan peta negara Singapore sekaligus melihat bagaimana pemerintah setempat mampu mengemas sebuah peta lusuh dan usang lalu menciptakannya menjadi sebuah museum gallery yang menakjubkan dan berhasil memikat ratusan ribu wisatawan mancanegara.

Rombongan yang baru transit sehari sebelumnya ini berjumlah 21 orang, didampingi kepala rombongan yang juga sebagai penanggung jawab kehumasan ibu Andri.

Singapore City Gallery berhadapan dengan Maxweel Food Centre. Bangunan komplek perkantoran yang sangat tinggi dan megah tersebut hanya sekitar seratusan meter dari kawasan China town di Jl. South Bridge Road ke arah tenggara.

Singapore City Gallery berhadapan dengan Maxweel Food Centre. Bangunan komplek perkantoran yang sangat tinggi dan megah tersebut hanya sekitar seratusan meter dari kawasan China town di Jl. South Bridge Road ke arah tenggara.

Sebenarnya gedung URA pintu utamanya menghadap Jl. Kadayanallur St. namun karena itu jalan tersebut hanyalah jalan penghubung yang kecil, jadi gedung URA Center ditulis di goggle map berada di Jl. Maxweel Road.

Diresmikan sejak 27 January 1999, total pengunjung hingga kini telah mendekati angka 200.000 orang, URA adalah sebuah museum tentang sejarah perkembangan Singapore sejak zaman dahulu hingga masa kini, terbagi dalam tiga bagian utama di 3 lantai pertama, yakni area berbagai peta negara pulau itu dari masa ke masa di lantai pertama, berikutnya merupakan peta 3 dimensi dalam bentuk sangat besar hingga menghabiskan separo ruangan di lantai dua. Lalu bagian terakhir berada di lantai 3 menampilkan cerita singkat dari buku-buku karangan para penulis baik dari peneliti nasional maupun internasional tentang perkembangan wilayah daratan Kerajaan Singapura.

Selain sajian diorama lanskap peta-peta yang dikemas secara modern, URA Gallery juga menyelipkan sebuah pesan kepada generasi mendatang, bahwa pihak Otoritas Singapura terbuka terhadap berbagai masukan dan ide-ide paling “gila dan paling tidak masuk akal sekalipun”, dan demi mewujudkan hal tersebut, para saint, anggota dewan serta tokoh masyarakat siap berkolaborasi, bersatu melakukan diskusi marathon untuk menelurkan gagasan yang paling cemerlang dan dipersembahkan dalam bentuk Law Goverment untuk generasi mendatang.

Ruangan untuk menyampaikan pesan terbuka itu terletak di lantai 2 bersebelahan dengan peta 3 dimensi berscala 1:4000 dari negeri jiran tersebut. Mirip seperti bioskop mini, sebuah layar LCD berukuran 2x3 meter serta deretan sofa-sofa panjang untuk 10-15 pengunjung. Ketika sensor mendeteksi seorang pengunjung yang duduk di sana, secara otomatis videotron mulai memutarkan pesan penting tersebut.

Demi membuat Singapore menjadi kota terhebat untuk hidup, bekerja dan bermain. Demikian Tagline yang tertulis dibawah symbol URA. Sejurus kemudian muncul sebuah ajakan yang membangkitkan rasa penasaran pengunjung hingga mereka tidak ingin beranjak pergi dari tempat duduknya."Andapun dapat mendisain ulang (merombak) berbagai ruang fasilitas public di sekitar anda", begitu tertulis dalam bahasa Inggris.

 

Gedung URA Tower di Jl. Maxweel Road 45.

Direktur dan Co-Founder Partisipate in Design (P!d) Jam Lim menyampaikan pendapat bahwa tujuan awal dari pesan ini agar anak-anak muda Singapore tertarik dan mulai peduli serta terlibat aktif karena mereka jualah kelak yang akan mewarisi kehidupan di negeri itu 50 sampai 100 tahun mendatang. Ia juga menekankan agar para pelajar dan mahasiswa janganlah melulu memikirkan diri sendiri saja. Beranilah berpikir berbeda, ketahui dan pelajari lingkungan anda. “Jika tidak ada yang menyampaikan pesan ini, suatu hari nanti kemungkinan Singapore dapat menjadi membosankan dan dijauhi wisatawan,” ujar Lim sebagaimana terekam dalam videotron.

Sementara itu, Co-Founder Collectively Ours (COLOURS) Dr. Chong Keng Hua menyampaikan sesudah kita lelah bekerja sepanjang minggu, kita perlu istirahat, refreshing dan bermain. Tetapi jangan lantas berpikir sempit hanya menyediakan ruang public untuk kita sendiri, namun sediakanlah juga ruang public untuk masyarakat internasional, tuk berbagai bangsa di dunia. “Mereka pun akan terus berdatangan ke negeri kita, kita harus mampu menciptakan ruang public paling canggih dan paling hebat, sehingga space tersebut mampu mendatangkan duit milyaran dollar untuk kesejahteraan masyarakat,” ujar Dr. Chong. (Fredy Surya Lesmana)