JATIMPOS.CO/SURABAYA - Meski tidak sederhana rupanya kegiatan membatik yang diikuti tiga puluhan pelajar yang tergabung dalam Dolly English Community (DEC), terekam gambaran suasana yang penuh ceria. Proses panjang yang memakan waktu sekitar 3 jam terkesan jadi menyenangkan, fun dan edukatif karena didampingi oleh kakak-kakak dari komunitas Peduli Surabaya.
Acara membatik ini terselenggara atas kerjasama DEC bersama Rumah Batik Surabaya juga dibantu oleh komunitas Peduli Surabaya, berlangsung di gedung Rumah Batik di Jalan Putat Jaya Barat VIII B No. 3, Minggu pagi, (10/3/2024).
Pembina Rumah Batik Surabaya Pengky, turut memberikan materi kepada para pelajar dalam memulai proses membatik yang diawali dengan menggambar pola, penjiplakan, pencantingan, pewarnaan, dan langkah terakhir yakni teknik lorot untuk proses meluruhkan lilin pada kain batik.
"Kami dibantu teman- teman dari Komunitas Peduli Surabaya memberikan edukasi kepada anak-anak pelajar di kampung Dolly tentang cara membatik, dilanjut dengan mempraktekkannya di atas selembar kain putih yang telah disiapkan, " kata dia.
Rahma salah satu pelajar DEC yang duduk di kelas 2 SD mengungkap kegembiraannya ketika diberi kesempatan belajar membatik. Sebelumnya dia hanya tahu membatik dari video yang ditontonnya di gawai. Ada juga Aira pelajar lain yang duduk di kelas 4 sempat mengutarakan niatnya kelak akan serius menekuni seni membatik.
Pada kesempatan yang sama, koordinator Peduli Surabaya Sasa ketika dikonfirmasi hal tersebut mengatakan tujuan diadakannya acara tersebut. "Itu menjadi suatu kebanggaan kalau akhirnya adik-adik mau menekuni karena memang tujuannya memperkenalkan dan melestarikan batik." Sasa juga menyambut antusiasme adik-adik yang ingin terus melakukan kegiatan positif lain bersama Peduli Surabaya.
Salah satu pengajar di DEC, Pungki, bersyukur bisa mengajak serta anak-anak membatik bersama. Pungki menuturkan bahwa tidak begitu sulit mengajari anak-anak membatik, hanya saja perlu pendampingan seperti ini, penting karena anak-anak harus berhati-hati memperlakukan malam (lilin) panas yang digunakan sebagai bahan membatik.
"Semoga anak-anak penerus bangsa bisa menjaga, melestarikan, dan bangga dengan batik yang merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia. Baik dengan cara memakainya di berbagai acara atau bahkan menghasilkan karya terbaik mereka sendiri," pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, keberadaan Rumah Batik adalah sebuah gedung dua lantai yang berdiri sejak 2016, termasuk salah satu gagasan dan upaya Pemerintah Kota (Pemkot) untuk meringankan, menanggulangi dampak penutupan lokalisasi Dolly pada 18 Juni 2014. Berbagai sarana dan peralatan membatik disediakan di sini secara lengkap dan fungsional sesuai kebutuhan.
Harapannya agar anak-anak bisa memilih mengisi waktu luang mereka antaranya mengikuti program pelatihan batik dan menyelesaikan karya pertama mereka tanpa kendala berarti mulai dari proses menggambar di atas kain, menggoreskan canting berisi cairan malam yang panas, pewarnaan, hingga sampai ke tahap terakhir yaitu merebus kain batik untuk menghilangkan lapisan lilin agar motifnya terlihat jelas. (fred)