JATIMPOS.CO/JOMBANG - Seiring bertambahnya usia, tulang belakang juga mengalami penuaan (degenerasi), sehingga berisiko memunculkan masalah mulai dari nyeri hingga osteoporosis.

Kondisi Tulang Belakang Degeneratif adalah keausan dan keusangan yang terjadi secara bertahap pada cakram (disc), persendian dan tulang spina (tulang belakang) yang umumnya terjadi pada orang lanjut usia. Perubahan ini lambat-laun dapat menekan urat dan saraf tulang belakang, sehingga menyebabkan berbagai gejala.

"Perubahan tulang belakang degeneratif dapat mencakup Bony spurring (Osteophytes), Penurunan tinggi cakram, Kehilangan tulang rawan persendian, dan Penebalan tulang," terang dr. Yvonne Sarah, Sp. BO-Spine.

Lebih lanjut kata Spesialis bedah tulang, dr. Yvonne Sarah, Sp. BO - Spine dalam dialog di ruang humas RSUD Jombang, Rabu (25/11/2020), mengungkapkan, contoh yang paling sering terjadi adalah bantalan sendi tulang belakang yang semakin kehilangan cairan sehingga fungsinya sebagai peredam kejut berkurang dan munculah cedera.

Belum lagi aktivitas yang tidak biasa dan sejumlah faktor seperti kurangnya asupan nutrisi, perilaku merokok, memutar tubuh berlebihan dan faktor mekanik misalnya mengangkat benda berat, juga berperan pada proses degenerasi tulang belakang.

"Gejala yang sering muncul selain nyeri adalah deformitas tulang belakang, keterbatasan gerak, kelemahan anggota tubuh, fungsi sensoris yang menurun serta disfungsi seksual," kata dr Yvonne.

Osteoporosis adalah salah satu jenis degenerasi tulang belakang yang dialami orang-orang di Indonesia. Kondisi ini terjadi karena kepadatan tulang berkurang akibat hilangnya kalsium. Lemahnya struktur dan kepadatan tulang meningkatkan risiko fraktur atau patah.

Dalam kesempatan itu, dr. Yvonne Sarah, Sp. BO - Spine mengatakan, wanita berusia 40 tahun cenderung mengalami osteoporosis. Data bahkan menunjukkan bahwa 40 persen wanita usia 80 tahun dipastikan mengalami masalah ini. 

Pada penderita osteoporosis yang sudah dengan fraktur tulang belakang, obat penghilang rasa sakit, bed rest untuk beberapa saat hingga penggunaan korset khusus dan pembedahan bisa menjadi pilihan terapi.

"Perawatan fisioterapi bagi pasien yang menderita degenerasi tulang belakang penting dilakukan untuk membantu meredakan rasa nyeri, memperbaiki fleksibilitas dan kekuatan, serta memastikan hasil yang optimal. Perawatan ini dapat meliputi Back brace (menyangga punggung) atau back taping, Saran untuk memodifikasi aktivitas, Dry needling (Tusuk jarum kering), Elektroterapi (ultrasonografi), Berolahraga untuk memperbaiki fleksibilitas, kekuatan dan stabilitas inti, Hidroterapi, Perawatan dengan es atau panas, Mobilisasi, Pilates, Pijat jaringan lunak, Traksi, dan Alat bantu berjalan," pungkas dr. Yvonne didampingi Kasubag Humas RSUD Dr Fery Dewanto. (her)