JATIMPOS.CO//SURABAYA- Energi baru dan terbarukan menjadi salah satu isu lingkungan penting yang sedang banyak diperbincangkan di kalangan elit pendididkan. Keterkaitan energy baru dan terbarukan dengan pemanasan global, dan perubahan iklim yang ekstrim menjadi salah satu alasan mengapa energy baru dan terbarukan harus mulai disosialisasikan dan digaungkan di masyarakat.

Hal itu dikemukakan Zagy Yakana Berian, Founder Society of Renewal Energy pada seminar peresmian SRE (Soiety of Renewal Energy) Universitas Airlangga Surabaya, Sabtu (6/2/21).

Menurut Zagy, sudah ada lebih dari 24 perguruan tinggi yang bergabung dengan Soiety of Renewal Energy. Mahasiswa sebagai agen perubahan yang dapat membawa bangsa ini menjadi lebih baik dimasa depan harusnya sadar dan paham tentang isu lingkungan ini.

“Peran mahasiswa tentu sangat penting. Karena sosialisasi energy baru dan terbarukan yang dilakukan ke masyaraat kebanyakan disampaikan oleh anak muda. Ini menjadi tantangan baru yang harus dihadapi oleh anak muda” ujar Zagy.

Dalam acara ini hadir pula Ony setiawan, SE., MT. Sekretaruis Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur. Menurutnya, Pemerintah Provinsi Jawa Timur sangat menyambut baik dan diharapkan menjadi trigger bagi anak muda, pemerintah provinsi dan masyarakat untuk mulai beralih atau mengetahui tentang energy terbarukan ini sehingga tidak selalu bergantung pada energy fosil yang sudah semakin menipis.

"Energy baru terbarukan ini dirasa mahal bagi masyarakat berekonomi rendah jadi perlu sosialisasi yang lebih jelas. Saat ini hampir seluruh wilayah di Jatim mayoritas sudah ada pembangkit listrik sumber daya alam, dan sedang pada tahap penyempurnaan. Karena terkait pendanaan yang sangat besar pemerintah masih mencari investor yang bersedia" Ujar Ony.

Universitas Airlangga sebagai pusat research energy terbarukan hayati terus berinovasi dalam penemuan energi terbarukan. Hal itu disampaikan oleh Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih , M. Si. Sebagai wakil rektor bidang riset, inovasi dan community development universitaas Airlangga.

"Contoh energi baru sederhana adalah dari sampah rumah tangga atau sisa hasil panen hayati. Tentunya dengan penambahan beberapa enzim, maka sampah ini bisa menghasilkan biomass energy, pakan ternak olahan, pupuk, bahan bakar, kertas, dan bahan tambahan untuk penyamakan kulit hewan. Pengolahan ini harus disesuaikan dengan ketersediaan bahan yang ada di sekitar masyarakat. Apabila ada komoditi bahan pakan yang jarang di pergunakan untuk manusia maka bisa dijadikan sebagai bahan biomass. Seperti bonggol jagung dan juga kulit kedelai" Papar Nyoman.

Menurut Pamela Simamora selaku research coordinator of institute for essential services reform, Pemerintah dirasa bisa untuk menaikkan jumlah penggunaan energy terbarukan dengan aturan aturan atau alokasi dana yang sesuai. Karena Indonesia khususnya jatim memiliki lebih dari 20 ribu mega watt potensi energy terbarukan, namun baru 1 persen yang dimanfaatkan .

"Salah satu hal mudah yang bisa dilakukan oleh pemerintah dan pihak swasta adalah pemasangan rooftop solar yang bisa menghasikan energy cadangan dengan hasil daya yang lebih besar. Contoh Pemerintah Daerah Bali telah memberlakukan gratis pajak bumi dan bangunan kepada rumah atau perusahaan yang diatapnya ada solar rooftop. Hal ini bisa dijadikan contoh untuk Surabaya karna potensi gedung bertingkat lebih banyak ada di Surabaya dari pada Jakarta dan Bali" Imbuh Pamela. (ham)