JATIMPOS.CO/KOTA MOJOKERTO - Proyek prestisius Pemkot Mojokerto dengan anggaran Milliaran rupiah yakni Rehabilitasi taman dan tugu alun-alun senilai Rp 2,8 miliar dan taman budaya pada wisata bahari senilai Rp 3,9 miliar amburadul. Progres pengerjaan dua proyek yang menjadi andalan Mojokerto Hj. Ika Puspitasari itu minus dan tak sesuai dengan target yang diharapkan.
Hal itu diketahui saat Komisi II DPRD Kota Mojokerto lakukan Inspeksi mendadak (sidak) di dua proyek itu. Wakil rakyat juga menemukan indikasi jika dua proyek disub-kan oleh kontraktor pemenang tender.
Proyek rehab Alun-alun yang dikerjakan oleh CV Indraprasta minus 11 persen, bahkan ditinggalkan pekerja. Sedangkan proyek taman budaya sebagai pendukung sungai Ngothok yang dikerjakan oleh CV Aspira Utama malah lebih parah, minus 20 persen.
Ketua Komisi II DPRD Kota Mojokerto Moch. Rizky Fauzy Pancasilawan mengungkapkan kedua proyek tersebut jauh dari target harapan. “Proyek rehab Alun-alun minus 11 persen. Indikasinya proyek tersebut disub (kontrak) kan. Tapi ini baru dugaan. Kalau taman budaya bahari progres pekerjaan minus 20 persen. Indikasinya juga sama, disubkan atau pinjam bendera,” ucapnya.
Akibat hasil temuan saat Sidak ini, M. Rizky Fauzy Pancasilawan, politisi PDI Perjuangan ini akan menindaklanjuti untuk menggelar hearing terkait carut marutnya kondisi kedua proyek tersebut.
Usai berkonsultasi dengan ketua DPRD Soenarto , Rizky Politisi PDIP ini menyatakan akan memanggil kedua rekanan dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) selaku pemilik proyek dalam waktu tidak terlampau lama.
Dalam sidak di proyek rehab Alun-alun para anggota komisi tersebut menemui hanya empat pekerja saja. “Dilokasi kami ketemu empat pekerja, dan mereka orang Mojokerto. Ditanya siapa bosnya, bilangnya nggak tahu.Kepala tukangnya ngomong kalau mereka anak buah Andika,” terang Rizky.
Saat sidak anggota dewan ditemui Eryanto dari DLH Kota Mojokerto. Menurutnya, ada kesalahan hitung RAB (Rancangan Anggaran Belanja) dari pemenang. “Untuk pembuatan ornamen tugu di speknya sebesar Rp 450 juta, namun dalam hitungan pemenang tender tertulis Rp 9 juta. Karena adanya nilai yang besar sehingga mereka kesulitan keuangan karena beda hitung-hitungan,” urainya.
Pelaksana, sebenarnya telah melaksanakan sejumlah pekerjaan. Setelah merobohkan monumen yang jadi ikon dari Kota Mojokerto, pekerjaan malah tidak dilanjutkan. Beredar informasi jika pelaksana telah kabur.
Menurut Rizky panggilan akrab Ketua komisi II DPRD, pelaksana juga telah memasang 30 dari 100 tiang pancang dengan menggunakan crane. Namun kini pihak crane yang disewa akhirnya merobohkan crane nya karena telah melampaui batas waktu sewa.
Rizky menambahkan yang lebih tragis adalah pembangunan Taman Budaya di sungai Ngothok.” Dilokasi kita ketemu hanya 9 pekerja, dan hanya ada pondasi-pondasi saja. Dan pekerjaannya minus 20 persen,”paparnya.
Karenanya Rizky menyatakan akan menggelar hearing. Terlebih ia menemukan jika pembangunan taman budaya ada pergantian RAB lantaran adanya perubahan desain dari perencanaan. “Ada temuan tanah dimana lokasi proyek ternyata adalah tanah warga setempat,” pungkasnya. (din)