JATIMPOS.CO//SURABAYA- Di momen peringatan Hari Batik Nasional, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak masyarakat tidak sekedar memeriahkannya di media sosial melalui unggahan dan hashtag. Khofifah meminta masyarakat untuk membeli batik bukan printing dari para perajin batik.
“Hari Batik, jangan hanya ramai di medsos atau hashtag saja, tapi juga ramaikan di gerai-gerai batik. Di Jatim ini banyak sekali sentra batik dengan beragam motif sesuai ciri khas daerahnya. Mulai dari Tuban, Banyuwangi, Madura, Ponorogo, Tulungagung, Trenggalek, Mojokerto, Pacitan, Sidoarjo, Bojonegoro, Jember dan sebagainya. Ayo bantu perajin batik di Jatim bisa tetap eksis dengan membeli produknya,” ungkap Khofifah di Bandara Juanda, Surabaya sebelum take off menuju Jayapura, Sabtu (2/10).
Khofifah mengatakan, tidak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa batik printing adalah batik. Padahal, menurutnya batik printing bukanlah batik, melainkan hanya kain yang diprint dengan motif batik. Sementara, batik adalah kain yang diproduksi dengan metode membatik, baik itu tulis, cap, maupun campuran keduanya.
“Memang kain printing motif batik harganya lebih murah, tapi jika kita membelinya, perajin batik kita tidak akan dapat apa-apa. Kadang terasa lebih mahal karena itu kreasi hand made, bukan mesin,” imbuhnya.
“Daripada beli baju merek luar negeri dengan harga selangit, mending bali batik asli bukan printing yang notabene adalah produk dalam negeri,” tambah dia.
Khofifah menyebut, membeli batik karya pengrajin sama dengan berkontribusi menyelamatkan aset bangsa yang telah resmi diakui UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and the Intangible Heritage of Humanity). Lebih dari itu, langkah ini juga sebagai bentuk penyelamatan terhadap pelaku UMKM yang ada di Jatim agar segera pulih dari Pandemi Covid-19. (*)