JATIMPOS.CO/KABUPATEN MOJOKERTO - Debu atau bledug dari proyek perbaikan ruas jalan alternatif yang menghubungkan wilayah Mojoanyar-Bangsal, dikeluhkan warga dan sejumlah pedagang makanan.

Wahyu, seorang pedagang kuliner sambelan wader pinggir jalan Mojoanyar mengatakan, warung makannya sangat terdampak dari pengerjaan proyek ruas jalan. Banyak kehilangan pelanggan yang biasanya sarapan pagi maupun makan siang, meski warung sudah di pasang skatell (penghalang debu)  masuk dalam warung. Pasalnya, debu tetap mengotori tembok dinding, lantai, meja, kursi dalam warung.

“Pelanggan kami biasanya ada pegawai Sekolah Kepolisian Negara (SPN) Bangsal, berombongan makan siang menu sambel wader, namun semenjak ada proyek ruas jalan ini, debu mengotori warung, jadi mereka sudah tak makan ke warung, “ ujarnya saat ditemui jatimpos.co di warungnya, Selasa (15/8/2023).

Pria yang sudah belasan tahun berjualan kuliner sambelan ini mengaku kecewa terhadap pihak terkait proyek ruas jalan, sebab kurang perhatian terhadap nasib pedagang pinggir jalan. Omzetnya turun drastis hingga 50 persen. “Tolong diperhatikan kami pedagang kecil, Dinas terkait seharusnya  rutin lakukan penyiraman jalan, minimal 3 kali sehari,“ harap Wahyu.

Hal senada disampaikan Ketua BPD Sadar Tengah Ahmad Rudi Yanto, pelaksanaan proyek perbaikan jalan yang sudah berlangsung beberapa pekan ini memang sangat meresahkan warga. Terlebih ini musim kemarau disertai angin kencang membuat debu proyek bertebaran masuk  ke rumah maupun warung usaha warga.

’’Meski warga sudah melakukan penyiraman di depan rumahnya masing- masing pakai tong, tetapi debunya luar biasa. Rumah warga maupun warung makanan yang  ada di pinggir jalan raya itu mengeluh akibat dampak debu yang bertebaran dari proyek ruas jalan,’’ ungkapnya.

Wahyu Pemilik kuliner sambelan bersama Rudiyanto Ketua BPD Sadar Tengah Kec. Mojoanyar.

Rudiyanto menambahkan, kondisi debu yang menempel di dinding, lantai rumah, warung warga itu sangat tebal, karena kendaraan truk atau kendaraan lain pada malam hari banyak yang lewat. “Kalau malam hari kendaraan yang lewat los, kondisi cepat (banter) maka debu yang timbul makin besar dan banyak bertebaran menempel ke rumah warga,“ katanya.

Rudi Duro panggilan akrab Ketua BPD Sadar tengah mengungkapkan, setuju adanya proyek ruas jalan, untuk membantu kelancaran lalu lintas, namun DPUPR harus perhatikan nasib usaha warga sekitar jalan, kasihan pedagang,  usahanya sepi pembeli, karena pengaruh debu (bledug) dari proyek ruas jalan.

“Ada warung mie ayam, bakso deretan warung sambelan milik pak Wahyu, yang ambil tindakan tutup  dari pada buka tapi gak laku karena kondisi gangguan debu, padahal stand mie ayam  itu kontrak, apa gak rugi besar pedagang itu, “ jelas Rudi.

Camat Mojoanyar Mokh. Malik dikonfirmasi via telephon mengatakan, bahwa  bledug/debu akibat adanya proyek ruas jalan Mojoanyar - Bangsal  mengganggu usaha warga, hal itu sudah dikoordinasikan dengan pihak DPUPR Kabupaten Mojokerto untuk segera dilakukan tindakan penyiraman, “Permasalahan debu sudah kami koordinasikan dengan pihak DPUPR agar melakukan penyiraman rutin,“ katanya.

Sementara itu, menanggapi keluhan warga dan pedagang, Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Mojokerto Henri Surya mengatakan akan perintahkan penyiraman, “ jalan yang berdebu akan disiram,’’ ungkapnya via wahatsapp.

Wartawan jatimpos.co mencoba mencari keberadaan plank board proyek ruas jalan bangsal – Mojoanyar, belum menemukan karena kondisi jalan betul betul berdebu, apalagi saat berpapasan dengan truk besar, debu menutupi pemandangan. (din)