JATIMPOS.CO/LAMONGAN - Ratusan masyarakat Kecamatan Turi yang terdampak banjir duduki pendopo Kantor Kecamatan Turi, Mereka menggelar aksi unjuk rasa menuntut percepatan penanggulangan banjir di wilayah Kecamatan Turi. Kamis (14/01/2021).

Dalam pantuan aksi unjuk rasa yang menuntut percepatan penanggulangan banjir di pendopo Kantor Kecamatan Turi tersebut di warnai kericuh sesama pengunjuk rasa yang berasal dari sejumlah desa di wilayah Turi tersebut saling adu jotos. Kericuhan sendiri terjadi saat salah seorang dari pengunjuk rasa meminta Kades Kemlagigede bernama Yatno agar tidak perlu ikut campur dalam hal pengurukan jalan yang tergenang air.

Sebab, hal itu merupakan ranah Pemkab Lamongan. Sejumlah perwakilan dari Desa Kemlagigede yang tak terima Kadesnya diperlakukan seperti itu oleh warga dari desa lain. Adu jotos pun tak terhindarkan. Beruntung aksi saling pukul tersebut tidak berlangsung lama karena sejumlah petugas yang berada di lokasi kejadian langsung melerainya.

"Terjadi perselisihan pendapat antara warga, sehingga terjadi kericuhan," kata Tohari salah satu kordinator aksi kepada wartawan.

Sementara dalam orasinya, Tohari mengatakan, aksi unjuk rasa yang melibatkan ratusan warga Turi itu bertujuan untuk menuntut percepatan penanganan banjir yang dilakukan oleh pemerintah setempat. "Kami (Warga) sangat geram karena hingga sampai saat ini pemerintah tak kunjung menangani persoalan tersebut. Ini banjir sudah terjadi setiap tahunnya, tapi apa tindakan pemerintah,," kata Tohari dengan nada geram saat berorasi.

Sementara itu dalam tuntutan Tohari menjabarkan dengan berbagai persoalan tersebut, warga terdampak banjir Bengawan Njero pun menyampaikan sejumlah tuntutan, di antaranya peninggian jalan poros kecamatan dan jalan poros desa yang setiap tahun terendam banjir, pengadaan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di wilayah Bengawan Njero.

"Juga penambahan pompa berskala besar di Kuro, normalisasi Sungai Bengawan Njero, pembuatan pos pengendalian eceng gondok serta ganti rugi kepada petani yang gagal panen. Dan Penambahan pompa sangat penting, untuk mengoptimalkan pembuangan air kiriman dari wilayah selatan, agar tidak terkumpul di Bengawan Njero," jelasnya.

Para pengunjuk rasa juga meminta Pemkab merespons permintaan itu dalam waktu 24 jam. Jika tidak, warga akan kembali menggelar aksi dengan massa yang lebih banyak. "Ini adalah awal, kalau sampai tidak terealisasi, kami akan melakukan demo yang lebih besar," pungkasnya. (bis)