JATIMPOS.CO/JOMBANG - Epilepsi pada ibu hamil perlu ditangani dengan tepat guna mencegah terjadinya kondisi yang dapat membahayakan ibu maupun janin. Penanganan epilepsi yang dilakukan dengan tepat juga akan membantu agar tumbuh kembang janin dapat lebih optimal.
Epilepsi pada kehamilan berkaitan dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron yang bermakna serta perubahan metabolisme hormon dan obat anti epilepsi. Kedua hal tersebut akan memengaruhi frekuensi bangkitan. "Epilepsi pada kehamilan dapat menyebabkan komplikasi maternal dan fetal/neonatal. Komplikasi maternal yang dapat terjadi, yaitu perdarahan pervaginam, aborsi spontan, preeklampsia, persalinan lama".
Bangkitan berulang (hipoksia), status epileptikus, bangkitan saat persalinan, hipertensi kehamilan, persalianan preterm, dan sudden unexplained death in epilepsy (SUDEP). Komplikasi pada fetal/neonatal yang bisa terjadi adalah keguguran (2 kali lebih sering dari normal), kelainan kongenital (2-3 kali lebih sering dari normal), hipoksia, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, IQ rendah, dan perilaku abnormal.
Saat mengalami epilepsi, maka bisa terjadi kejang berulang. Kondisi ini disebabkan oleh adanya aktivitas kelistrikan yang abnormal di dalam otak. Jika dialami oleh ibu hamil, epilepsi berisiko menyebabkan sejumlah komplikasi pada janin, seperti gangguan denyut jantung, cedera pada janin dan plasenta, hingga persalinan prematur.
Tanda-tanda epilepsi pada wanita hamil yakni pertama adalah kejang, pada wanita hamil biasanya terjadi perubahan hormonal yang bisa menimbulkan perubahan keadaan-keadaan pada otak ibu hamil dapat memicu kejang.
Dikatakan dr Intan Nurswida, SpN, “Adakalanya penderita epilepsi memburuk saat kehamilan, apalagi yang tidak terkontrol dan yang membutuhkan pengobatan,” terang dr Intan, Selasa (31/1/2023).
Penanganan Epilepsi pada Ibu Hamil pada beberapa ibu hamil, sebelum mengalami kejang, akan muncul gejala awal yang meliputi sakit kepala, pusing, perubahan suasana hati, kebingungan, pingsan, hingga hilang ingatan. Kejang akibat epilepsi terkadang juga mirip dengan kejang yang disebabkan oleh masalah kehamilan, seperti eklamsia," tuturnya.
Jadi penderita epilepsi pada kehamilan harus dipersiapkan sejak sebelum kehamilan. Pertama, kondisi ibu hamil harus benar-benar fit terlebih dahulu, kemudian dipilihkan obat-obat anti epilepsi yang tidak teratodenik/rendah atau juga diberikan obat pendamping sejak sebelum kehamilan. Misalnya, diberikan asam folat yang bisa meminimalisir cacat pada janin yang dikandung.
“Persiapan kedua saat ibu hamil, terutama pada tri semester pertama saat pembentukan otak dan syaraf harus benar-benar fit. Kemudian, obat epilepsi juga tetap diteruskan. Tidak boleh di stop,” urainya.
Kemudian yakni saat persalinan, ibu hamil saat akan melahirkan tidak boleh melahirkan di rumah. Karena, ada potensi ibu hamil akan terjadi kejang. Sehingga, pada ibu hamil yang akan melahirkan syaratnya harus ditempat yang menyediakan fasilitas intensif care. Punya ICU, NICU. Ada tempat perawatan khusus pada bayi pasca kelahiran, biasanya bayi akan memerlukan tempat perawatan khusus. Begitu juga pada ibunya pasca melahirkan, pada penderita epilepsi kurang seberapa kuat/kelelahan/kurang tidur bisa memicu kejang pada obatnya. Sehingga, peran suami juga keluarganya sangat diperlukan merawat bayi. Support keluarga sangat penting.
“Ada beberapa kondisi, biasanya kondisi eklamsia. Ibu hamil mengalami tensi tinggi bisa mengalami kejang yang berulang-ulang. Kemudian, adanya infeksi dalam kehamilan,” terang dr Intan.
Penyakit epilepsi bisa disembuhkan atau tidak? Dikatakan dr Intan, bahwa ada 3 kemungkinan, pertama biasanya penyebabnya jelas misalnya karena peningkatan gula darah mendadak meningkat. Biasanya, penderita epilepsi dapat disembuhkan dengan pengobatan. Kedua, penderita epilepsi terkontrol dengan obat. Bisa tidak kejang asalkan secara rutin minum obat. Dan ketiga ini mungkin yang sulit untuk disembuhkan, yakni terjadi kerusakan cacat pada otak permanen. Misalnya, karena kecelakaan berat bisa seumur hidup. “Jadi untuk kesembuhan penderita epilepsi, tergantung pada penyebabanya,” paparnya.
Pencegahan pada ibu hamil penderita epilepsi. Pertama, sebelum hamil saya harapkan cek up terlebih dahulu. Biasanya ibu hamil yang tidak rutin memeriksakan kehamilannya. Kedua, pada wanita hamil pertama, jangan berlebih mendapat presure (tekanan) yang berlebih. Biasanya, awal menikah dari gadis kemudian hamil mempengaruh psikologis wanita hamil. Saat istri sedang hamil dibuat senyaman mungkin, jangan sampai stress.
“Untuk diketahui, Pelayanan poli syaraf ada 3 orang, dr. Intan Nurswida Sp.S, dr. Sigit Hari Nursyamsu,Sp.S, dr. Nella Lusti W,Sp.S dan RSUD mempunyai alat EEG (untuk rekam otak) untuk mendeteksi adanya kejang,” tukasnya.
Dr Intan juga menyampaikan pesan, kepada masyarakat Jombang, tidak usah sungkan-sungkan datang ke poli syaraf RSUD Jombang, jika menemukan kejang untuk diperiksakan lebih lanjut. RSUD Jombang memiliki alat EEG, sehingga akan lebih tepat dalam penanganan lebih lanjut. Pelayanan poli syaraf dari hari Senin-Jum'at. Untuk pelayanan pendaftaran hari Senin-Kamis jam 07.00-12.30 WIB khusus hari Jumat jam 07.00-11.00 WIB. (her)