JATIMPOS.CO/TUBAN - Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky geram melihat kinerja Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang dibentuknya masih belum progresif jauh dari target alias masih melempem. Dia mengintruksikan agar tim bergegas mencari inovasi tentang cara penyampaian program stunting kepada masyarakat.

Bupati menilai pendekatan yang dilakukan di masyarakat masih tidak familiar di kalangan masyarakat awam. Istilah-istilah akademis harus disederhanakan agar mudah dipahami.

"Cara penyampaian perkara stunting masih terlalu kaku, membosankan hingga tidak dipahami dengan baik, maka dari itu melibatkan semua unsur tokoh masyarakat yang berpengaruh di kalangan warga disitu," koreksi Mas Lindra, sapaannya, saat membuka Rembuk Stunting di Ruang Rapat Lantai 3 Setda Tuban, Kamis (8/6).

Bupati mengatakan metode yang dipakai seharusnya bisa langsung “ngena” ke masyarakat. Dia mencontohkan bisa melalui pendekatan budaya, masuk ke pengajian misalnya, ajak Bu Nyai, Pak Yai untuk sampaikan pentingnya penanganan stunting, atau ke acara arisan.

"Untuk itu, acara seperti ini jangan seremonial saja, namun harus ada output nyata setelah ini. Saya menunggu ide-ide dan inovasi baru bapak-ibu," tegas Mas Lindra.

Saat ini, angka stunting di Kabupaten Tuban masih 24,9 persen. Pemkab Tuban menargetkan turun menjadi 17 persen di akhir tahun 2023, dan 14 persen di tahun 2024 sesuai target nasional.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan KB (Dinkes P2KB) Bambang Priyo Utomo mengatakan pihaknya akan melakukan metode pendekatan budaya kepada masyarakat pada program penurunan angka stunting. Perihal target, Bambang yakin akan bisa mencapai angka 17 persen di akhir tahun ini.

"Semua program akan secara maksimal kita lakukan, agar angka penurunan terjadi secara signifikan," kata Bambang.

Diketahui Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya.

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) angka stunting Indonesia, yakni 21,6 persen pada 2022 dari 270 juta penduduk indonesia. (min)