JATIMPOS.CO/JOMBANG - Siapa sih yang tidak kenal dengan cerita Cinderella? Dongeng Cinderella sering kita temui dalam buku cerita atau tayangan film. Cinderella merupakan dongeng yang menceritakan tentang seorang gadis cantik dan baik hati yang tinggal bersama ibu tiri dan kedua saudara tirinya. Cinderella kerap mendapatkan penyiksaan selama tinggal bersama ibu dan saudara tirinya. Hidupnya berubah setelah seorang pangeran menemukan sepatu kacanya dan menikahinya hingga akhirnya hidup bahagia.

Namun Cinderella ini yang di maksud berbeda, Cinderella Complex Syndrome merupakan pola pikir yang menghasilkan kepercayaan bahwa seorang wanita akan memiliki kebahagian dan keberhasilan hanya melalui hubungan dengan seorang pria. Syndrome ini yang sebagian besar terjadi pada wanita awal remaja hingga awal dewasa ini menurutnya perlu diwaspadai, karena dapat mempengaruhi kehidupan pribadi maupun keluarga.

Collete Dowling (1981) dalam sebuah buku berjudul “The Cinderella Complex: Women’s Hidden Fear of Independence” merujuk pada kecenderungan perempuan untuk tergantung secara psikis, yang ditunjukkan dengan adanya keinginan yang kuat untuk dirawat dan dilindungi orang lain terutama laki-laki, serta keyakinan bahwa sesuatu dari luarlah yang akan menolongnya.

Hal tersebut dikatakan, Psikolog dari Poli Psikologi RSUD Jombang CH Widayanti, S.Psi., M.Si., M.Psi, Psikolog dalam program “Talkshow Humas RSUD Jombang Menyapa” bahwa, “Gangguan kepribadian ini terjadi pada wanita yang memiliki kecenderungan untuk tegantung secara psikis, yang ditunjukan dengan adanya keinginan yang kuat untuk dirawat dan dilindungi orang lain terutama pada laki-laki,” ungkap Widayanti.

Menurut Widayanti, Cinderella Complex Syndrome dapat dilihat dari gejala dan tanda-tandanya yakni, “Tanda-tandanya ada 3; yang pertama perempuan itu memiliki ketergantungan yang lebih banyak pada pasangan atau laki-laki, ini sebenarnya bawaan dari budaya patriarki. Selanjutnya adalah kesehatan mental dimana dia akan berusaha untuk mencapai keinginan dan merasa kurang puas. Bahkan saat sukses dalam satu karir atau kehidupan berkeluarga, perempuan yang Cinderella komplek merasa tidak puas,” sambungnya.

Biasanya adapun penyebab Cinderella Complex ada 3 yaitu : 1. Pola Asuh Orang Tua; 2. Kematangan pribadi; dan 3. Konsep diri.

Apa sih Pengaruh Cinderella Complex dalam kehidupan sehari-hari, “Hubungan Keluarga, kebiasaan Cinderella Complex dapat mempengaruhi hubungan dan dinamika keluarga, kedua Karir, Perempuan yang menderita Cinderella Complex cenderung kurang percaya diri di tempat kerja, ketiga Kesehatan Mental, Perempuan yang terjebak dalam pola pikir Cinderella Complex dapat mengalami kecemasan, depresi, dan tekanan darah tinggi,” jelas Widayanti.

Selain itu dia juga menjelaskan jika beberapa kebiasaan dapat menciptakan syndrome ini, diantaranya kebiasaan memanjakan anak perempuan, faktor lingkungan dan masalah kesehatan mental lainya.

“Yang muncul dan sudah ke kami (berobat) itu yang sudah berat, sudah mengalami gangguan kecemasan, sudah depresi bahkan sudah menjadi gangguan kepribadian.

Ini sumber awalnya sebenarnya dari Syndrome Cinderella Complex,” imbuhnya.

“Yang sudah muncul itu mulai 16 tahun, remaja akhir ke dewasa awal sampai 18 tahun. Mereka akan berkembang jadi kepribadian ambang yang kemudian tentu menjadi orang yang sangat tergantung pada lingkungannya, mereka tidak berdaya dan mereka tidak bisa memiliki peran yang banyak terhadap kemanfaatan dirinya kepada lingkungan,” sambungnya.

Untuk mengatasi syndrom tersebut Widayanti berbagi beberapa tips diantaranya latih diri, mencari role model dan menciptakan peluang berpetualang. “Latih diri artinya berusaha membiasakan untuk mandiri dengan apa yang bisa kita lakukan (just do it) lakukan dulu, nanti hasilnya, yang kedua mencari role model, mencari teladan adalah membantu membangun rasa percaya diri yang lebih positif. Kemudian peluang berpetualang contohnya dengan kita merencanakan sebuah perjalanan, tujuannya dengan banyaknya petualangan itu menciptakan pengalaman baru dan cerita hidup,” tuturnya.

Jika dirasa mengalami kesulitan mengatasi beberapa upaya antisipasi dan pencegahan, Widayanti menyarankan agar pasien dapat melakukan konsultasi. Konsultasi dapat dilakukan di RSUD Jombang yang akan ditangani oleh ahlinya.

“Ketika kita sudah melakukan tips mengantisipasi penyebabnya namun kita masih mengalami kecemasan, kekhawatiran, rasa tidak percaya diri maka silakan berkonsultasi lebih lanjut ke psikolog,” pungkasnya.

Untuk diketahui bahwa, pelayanan Poli Psikologi RSUD Jombang dapat diakses setiap hari Senin sampai Jumat, pendaftaran untuk Hari Senin-Kamis jam 07.00 – 12.30 WIB dan untuk Hari Jum’at jam 07.00 -11.00 WIB. (her)