JATIMPOS.CO/KABUPATEN MADIUN - Dalam upaya meningkatkan kemampuan petani dalam pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT), Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun menyelenggarakan pelatihan pembuatan agens hayati di Dusun Bantengan, Desa Bakur, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun, Senin (19/5/2025).

Kegiatan ini diikuti oleh 30 orang petani dari Kelompok Tani (Poktan) Sri Sedono Desa Bakur, Kecamatan Sawahan. Hadir dalam pelatihan tersebut Pejabat Pengawas Mutu Hasil Pertanian Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun M. Sholichin, dan PPL Kecamatan Sawahan.

Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan keterampilan praktis kepada peserta dalam mengenali jenis-jenis OPT serta teknik pengendalian yang ramah lingkungan menggunakan agens hayati.

Para peserta diajarkan cara membuat agens hayati berbasis mikroorganisme seperti Trichoderma dan Beauveria bassiana, yang terbukti efektif dalam mengendalikan berbagai hama dan penyakit tanaman.

Narasumber dalam kegiatan ini berasal dari Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura Madiun. Mereka menyampaikan materi secara teori maupun praktik langsung pembuatan agens hayati. Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan dan diskusi interaktif selama kegiatan berlangsung.

Pejabat Pengawas Mutu Hasil Pertanian, Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun M. Sholichin menyampaikan bahwa penggunaan agens hayati sebagai alternatif pestisida kimia dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

"Kegiatan hari ini adalah pelatihan pengendalian OPT dan pembuatan agens hayati untuk pertanian yang ramah lingkungan dengan murah biaya dan berkelanjutan," ujarnya.

Menurutnya, pelatihan bakal digelar selama tiga kali pertemuan, mulai dari praktik pembuatan agens hayati dengan media AKG (Air Kentang Gula), teori, dan praktik di lapangan serta pengamatan.

Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan para petani tidak hanya lebih siap dalam menghadapi serangan OPT, tetapi juga dapat memproduksi agens hayati secara mandiri untuk mendukung pertanian organik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Karena, penggunaan pestisida yang berlebihan memiliki dampak negatif yang signifikan, baik bagi lingkungan, kesehatan manusia, dan juga pertanian itu sendiri. Dampak negatif ini meliputi pencemaran lingkungan, keracunan manusia, resistensi hama, hilangnya musuh alami, serta penurunan kualitas tanah. 

"Jika kebiasaan perlakuan kimia, khususnya pestisida yang tidak terukur, efek jangka pendeknya adalah kekebalan terhadap obat kimia dan kedua mengurangi kesuburan tanah secara jangka panjang. Kami berharap petani dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dari pelatihan hari ini di lahan mereka masing-masing,” ujarnya. (jum).