JATIMPOS.CO/KABUPATEN JEMBER - Jelang Konfercab NU, seruan warga Nahdliyyin untuk merombak atau mereformasi kepengurusan organisasi PCNI di Jember, semakin menguat. Hal ini terungkap dalam acara Forum Diskusi Membahas Rencana Konfercab NU (Nahdlatul Ulama) Jember yang akan digelar dalam waktu dekat.

Keresahan warga Nahdliyyin, tentang progres dan proses dari pengurusan organisasi PCNU di Jember. Yang dihadiri sekitar 30 orang pengurus ranting NU dan perwakilan Gus atau Lora se Jember itu.

Digelar di Ponpes Asshiddiqie putri (Ashri) Lingkungan Talangsari, Kelurahan Jember Kidul, Kecamatan Kaliwates, Jember, Senin (3/6/2024) malam.

Sesepuh NU Jember KH Ayyub Saiful Rijal atau akrab disapa Gus Saif mengatakan, dalam proses Konfercab PCNU Jember diinginkan adanya reformasi soal kepengurusan. Dengan harapan dapat dikembalikan ke Khittah.

Dapat menegaskan tentang posisi NU agar tidak berpolitik praktis. Seperti yang disampaikan oleh Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf atau akrab disapa Gus Yahya.

"Malam ini adalah pertemuan yang ketiga kalinya. Asal muasalnya, saya menerima masukan, keluhan, dan harapan tentang kondisi NU di Jember. Agar tidak bias ditampung lewat forum ini, apa keresahan dan harapan mereka (warga Nahdliyyin Jember)," kata Gus Saif saat dikonfirmasi di kediamannya, Selasa (4/6/2024).

"Jadi secara garis besar, bagaimana NU kembali ke Khittah. NU on the track," sambungnya.

Gus Saif menjelaskan, Almarhum pamannya KH. Ahmad Shiddiq mantan Rais AM PBNU tahun 80an. Pernah menyampaikan pesan tentang posisi NU di masyarakat.

"NU itu menjaga jarak dengan semua partai. Jadi tidak ada yang dekat atau lebih. Partai politik itu di sakunya NU. Bukan NU yang masuk sakunya partai politik. Artinya kata beliau, NU dimana- mana, tidak kemana-mana," ungkapnya.

"Nah kalau ini dilakukan pengurus di NU. Maka yang pasti NU akan lebih luas, bisa merangkul warga NU dari partai manapun. Kemungkinannya NU bisa lebih besar," sambungnya.

Akan tetapi, lanjutnya, jika NU sudah di dalam sakunya salah satu partai. Katanya NU akan semakin kecil wilayahnya.

"Tidak akan sampai kepada namanya Rahmatan Lil Alamin. Tidak bisa mengoptimalkan fungsi organisasi sosial. Hal itupun mempersempit gerakan NU. Karena diidentikkan dengan salah satu partai, ya mestinya tidak begitu. Kalau bicara partai, dimanapun ya ada. Tapi perlu dirangkul semua," kata pria yang juga putra kelima Kiai Abdul Chalim Shiddiq dari istri pertama, Nyai Chayat Muzayyanah itu.

"Jika hanya (identik) di satu partai. Jadinya kan persepsinya jadi sungkan dan macam-macam. Ini yang nampaknya secara garis besar, harapan dari yang hadir di forum ini," imbuhnya.

Dengan ungkapan itu, lebih jauh kata pria yang juga Pengasuh Ponpes Asshiddiqie putri Jember itu, diinginkan adanya reformasi atau perubahan.

"Nah lewat forum ini, mengerucut perlu adanya perubahan kepengurusan yang ada di PCNU Jember. Alasannya, sudah ada kejenuhan atau berapa periode kepengurusan yang lama ini. Tapi (lewat forum diskusi) adalah gerakan moral bukan struktur. Kalaupun PCNU yang sedang melakukan (persiapan) konfercab, bisa mendengar hal ini. Syukur-syukur dari pengurus ada yang mau berkomunikasi," ujar pria yang juga cucu dari KH. Muhammad Siddiq (Mbah Shiddiq) itu.

Sementara itu menurut salah seorang warga Nahdliyyin dalam forum, Gus Alfian Futuhulhadi atau akrab disapa Gus Ucuk. Terkait Khittah yang diinginkan saat ini, adalah mengembalikan keorganisasian NU, sebagai organisasi keagamaan, dan sosial yang fokus kepada pengembangan masyarakat.

"Yakni Intinya dakwah, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain tentang kemaslahatan umat. Karena dalam perjalanannya dianggap (terlalu) berpolitik yang arahnya (hanya) persoalan partai. Sehingga menyebabkan fokus tujuannya bergeser," kata Gus Ucuk.

Sehingga secara keorganisasian, lanjutnya, dilakukan kajian ulang. Bagaimana menempatkan hubungan antara bidang organisasi NU dengan partai yang lahir dari Nahdlatul Ulama.

"Jadi lewat Khittah itu mengembalikan hubungan NU, dengan kepartaian. Mengenai keorganisasian antara NU kembali kepada bidang dakwah, yang menjadi jaga jarak soal perebutan kekuasan secara politik praktis," ucapnya.

Dengan adanya soal Khittah ini, Pria yang juga Putra Almarhum KH. Muchit Muzadi menambahkan, saat ini regulasi yang diatur lewat organisasi NU diatur secara tertulis.

"Dengan tujuan sangat detail untuk mengatur tentang beberapa hal. Bahkan soal rangkap jabatan (di wilayah organisasi NU) saat inipun juga diatur, dan kalau dulu dimaknai memiliki jabatan di NU dan Partai. Tapi sekarang diatur, tidak boleh jika terpilih sebagai Ketua PCNU. Maka ada keputusan di atasnya. Tidak boleh rangkap jabatan," ucap Gus Ucuk.

"Sehingga implementasinya lebih luas, karena menjaga laju organisasi. Untuk mengembalikan efektivitas organisasi untuk kepentingan 3 hal (pengembangan dakwah, sosial, keagamaan dan kemasyarakatan). Karena kalau rangkap tidak efektif, salah satu bisa ditinggal. Intinya perbaikan, untuk kemajuan organisasi. Bergerak secara modern lah atau istilah akademisnya untuk merestorasi," sambung pria yang juga akademisi di salah satu universitas negeri di Jember. (ari)