JATIMPOS.CO/KABUPATEN JEMBER - Upaya Bupati Jember Muhammad Fawait untuk melindungi dan memudahkan Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Jember membuahkan hasil. Dalam lawatan kerjanya ke Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Gus Fawait berhasil mengamankan komitmen pendirian Pos Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P4MI) di Jember.

Hingga kini, PMI asal Jember harus menempuh perjalanan ke Banyuwangi untuk mengakses layanan P4MI. Dengan akan hadirnya pos baru ini, warga Jember tak perlu lagi jauh-jauh mengurus keperluan migrasi kerja ke luar negeri.

"Kita harus bersyukur karena tidak semudah itu. Saya berterima kasih setinggi-tingginya kepada Gus Bupati Fawait, yang dilakukan memang betul-betul semua karena cinta. Sehingga cinta kepada masyarakat terutama pada PMI yang konon harus bersusah payah ke Banyuwangi, nanti akan ada pos P4MI di Jember," ungkap Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Jember, Suprihandoko, Rabu (28/05/2025).

Keberadaan pos P4MI nanti menjadi sebuah hal baru di Jember. Menurut Suprihandoko, hal itu akan meningkatkan kemajuan pola berpikir masyarakat khususnya bagi para peminat bekerja menajdi PMI di luar negeri.

"Karena nanti harapan kami, pemberangkatan PMI ke luar negeri itu yang melepas secara langsung adalah bupati sendiri, sehingga beliaunya bisa memberikan arahan, wejangan, dan pembekalan bagaimana knowledge (pengetahuan), attitude (sikap), dan skill (kompetensi) menjadi PMI yang baik," urainya.

Suprihandoko mengungkapkan, berdirinya pos P4MI di Jember merupakan cita-citanya sejak dirinya ada di Disnaker. Pos P4MI diharapkan bisa memberikan sejumlah fasilitas terutama dalam hal informasi yang dibutuhkan oleh para PMI.

"Ya informasi negara mana yang sedang membutuhkan pekerja, bidang apa saja. Contohnya, butuh bidang manufaktur mungkin, housekeeping, atau ART. Layanan informasi itu kan akhirnya dekat untuk masyarakat Jember yang sedang mencari peluang kerja di luar negeri," imbuhnya.

Jember sendiri dikenal sebagai salah satu kabupaten dengan jumlah pemberangkatan PMI tertinggi di Jawa Timur. Karena itu, pos pelayanan ini dipandang sangat layak dan strategis didirikan di Jember.

"Sehingga kalau difasilitasi dengan pos P4MI di Jember saya yakin nanti yang lain pasti akan ikut. Diantaranya pergerakan perekonomian masyarakat, kemudian aktivasi dan standarisasi LPK (Lembaga Pelatihan Kerja) dan lain-lain," ujar Suprihandoko.

Sedangkan, komitmen kedua yang dicapai Bupati Fawait dengan Menteri P2MI adalah diberikannya pelatihan kepada PMI yang disesuaikan dengan negara tujuan.

Suprihandoko mengatakan, Jember memiliki LPK dengan kriteria negara tertentu. Namun, dia belum mengetahui apakah LPK-LPK itu sudah berstandar nasional.

"Petunjuk Pak Menteri kan harus ditingkatkan kualitasnya sehingga betul-betul menjadi lembaga pelatihan yang standar nasional. Kami belum mengevaluasi standar dari LPK-LPK yang kami bina sesuai standar nasional apa belum,” ujarnya.

“Barangkali, Pak Menteri yang baru ini punya standar peningkatan kualitas dan lain sebagainya, nah kita harus bergegas menyesuaikan. Terpenting, semua bisa berjalan sesuai dengan rencana Pak Menteri, karena beliau sangat antusias sekali kepada Jember," imbuhnya.

Sepengetahuan Suprihandoko, LPK yang ada Jember sudah melayani pelatihan dengan pemberangkatan tujuan Korea Selatan, Malaysia, Taiwan, Hongkong, dan Arab Saudi.

Adanya pos P4MI diharapkan bisa mendorong lembaga pelatihan meningkatkan kualitasnya sesuai standar nasional.

"Upaya meningkatkan kualifikasi LPK itu sudah sejak dulu kami lakukan. Pertama saya masuk Disnaker ini, instruktur yang kompeten dan profesional bersertifikat BNSP itu ada 6 atau 7 orang, tapi sekarang sudah hampir 40 orang. Ini satu peningkatan kualitas yang sangat signifikan, apalagi ketika nanti ada pos P4MI pasti kualitasnya akan ditingkatkan lagi," tandasnya.

Bicara soal pekerja migran PMI, kita tidak bisa dilepaskan dari keberadaan PMI legal/resmi dan PMI ilegal/non prosedural. Banyak hal yang sudah dilakukan Pemkab Jember melalui Disnaker untuk mencegah pemberangkatan PMI ilegal.

Suprihandoko mengatakan, sejak tahun 2023 pihaknya sering sosialisasi mengundang para kiai, guru-guru ngaji, kepala desa, camat, dan tokoh masyarakat. Mereka diberikan pemahaman tentang bagaimana migrasi yang aman atau berangkat secara resmi.

Sebagai kota santri, ditambah dengan memiliki bupati dari kali santri. Suprihandoko yakin, setiap orang yang mau bekerja ke luar negeri sekurang-kurangnya akan berpamitan kepada gurunya atau kiainya.

"Ini sesuatu yang sangat strategis untuk percepatan bagaimana mengurangi secara drastis agar PMI yang non prosedural itu tidak menjadi pilihan bagi masyarakat. Seperti harapan Gus Bupati Fawait, kalau bisa jangan sama sekali sampai tidak prosedural," tutupnya. (Ari)