JATIMPOS.CO/BONDOWOSO. Pemerintah Kabupaten Bondowoso melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) terus mendorong petani kopi di kawasan Indikasi Geografis (IG) Hyang Argopuro agar lebih fokus menjaga mutu dan kualitas produk.
Dalam kegiatan pembinaan kelembagaan petani kopi di BPP Pakem, Rabu (24/09) kemarin, Kepala DPKP Bondowoso Hendri Widotono menegaskan bahwa menjaga cita rasa dan aroma khas kopi Arabika Hyang Argopuro harus menjadi prioritas utama.
" Ciri khas kopi Arabika Hyang Argopuro ada pada aroma dan rasa. Itu hanya bisa terjaga bila panen dilakukan dengan sistem petik merah. Jangan sampai karena buru-buru, kita justru merusak keunggulan kopi kita sendiri," ujarnya.
Selain soal kualitas panen, Hendri juga menekankan pentingnya perubahan pola pemasaran. Petani diimbau untuk tidak lagi menjual kopi dalam bentuk ceri, melainkan minimal dalam bentuk greenbean.
" Asal kopi dijual dalam bentuk greenbean, petani akan mendapat nilai tambah lebih besar. Kalau masih dijual ceri, harganya jatuh. Kuncinya, petani harus berani naik kelas dan melepas kebiasaan lama yang merugikan," tegasnya.
Senada, Asisten II Setda Bondowoso Abdurrahman juga mengingatkan bahwa keberlangsungan kopi Bondowoso di pasar nasional maupun internasional hanya bisa terjaga bila kualitas tetap diprioritaskan.
" Panen petik merah dan pengolahan pascapanen hingga greenbean adalah cara menjaga eksistensi kopi Arabika Hyang Argopuro. Kita punya potensi besar, tapi harus konsisten menjaga mutu," jelasnya.
Acara yang dihadiri penyuluh serta kelompok tani se-wilayah BPP Pakem itu juga menjadi ajang dialog terbuka, di mana petani menyampaikan aspirasi terkait pemasaran, akses modal, hingga keberlanjutan usaha.
Melalui pembinaan kelembagaan yang konsisten, pemerintah berharap petani kopi di Bondowoso tidak hanya mampu menjaga cita rasa dan aroma khas kopi Arabika Hyang Argopuro, tetapi juga memperoleh keuntungan lebih baik dengan menjual kopi dalam bentuk greenbean.(Eko)