JATIMPOS.CO/TUBAN – Sinyal menolak dari Partai Golongan Karya (Golkar) mengenai sebutan Tuban Bumi Wali menjadi perbincangan di tubuh partai beringin. Melalui ketua fraksinya Suratmin, tampaknya Golkar tidak legowo dan terkesan tidak relevan bila merujuk histori logo Kabupaten Tuban.

“Logo Tuban ada kuda hitam, yang mana kuda tersebut merupakan kuda kesayangan ronggolawe,” ucap Suratmin usai mengikuti paripurna pembahasan Raperda beberapa hari lalu.

Dia menyebutkan ronggolawe kita kenal menjadi ksatria. Di samping itu melihat historinya Tuban merupakan masyarakat yang humanis dan nasional, di dalamnya beragam agama ada di Kabupaten Tuban.

“Ini harus diluruskan,” tandasnya.

Menurut Golkar, sejarah mencatat pada 12 November 1293 dilantiknya Adipati Ronggolawe dan sampai saat ini tanggal 12 November diperingati sebagai Hari Jadi Kota Tuban.

Seiring perkembangan zaman, ia menyebut ada oknum yang sengaja mau menghilangkan atau merubah keaslian sejarah Tuban dengan sebutan yang lain.

"Cikal bakal Tuban ialah 'Tuban Bumi Ronggolawe' sampai kapanpun tetap 'Tuban Bumi Ronggolawe'," jelasnya.

Sementara, Ketua DPRD Tuban Miyadi menanggapi bahwa persoalan dengan tagline itu tergantung pada pemerintahannya. Masa pemerintahan hari ini ingin mengubah yang awalnya tagline kota toak menjadi kota atau bumi wali.

Menurutnya setelah Raperda cagar Budaya sudah diundangkan maka akan ada tim cagar budaya dari ahli sejarah dan ahli cagar budaya untuk mengkaji dan meneliti situs sejarah di Kabupaten Tuban. Kata dia, ini hanya persolan sejarah saja yang mana di Tuban ada jejak makam wali dan jejak pahlawan ronggolawe.

“Tergantung besok siapa yang menjadi bupati dan wakil bupati Tuban saja,” kata Miyadi usai memimpin paripurna pengesahan 4 Raperda. (min)