JATIMPOS.CO/PAMEKASAN - Klinik Siti Aisyah menggelar sosialisasi dan dialog prihal rencana peningkatan status Klinik menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak, di aula SMP Muhammadiyah, Jalan Raya KH Amin Jakfar, Pamekasan.


Acara sosialisasi itu dihadiri oleh Plt Kepala Dinas Kesehatan Pamekasan, Achmad Marzuki, Kepala DLH Pamekasan, Amin Jabir, dan Kepala DPMPTSP Pamekasan, Agus Mulyadi.

Selain itu, juga dihadiri oleh Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD dr H Slamet Martodirdjo, Daeng Ali Taufik, Direktur Klinik Siti Aisyah, Aminatus Sa'diyah, Camat Kota, Rahmat Kurniadi dan sejumlah perwakilan masyarakat yang dekat dengan Klinik Siti Aisyah.

Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD dr H Slamet Martodirdjo, Daeng Ali Taufik mengatakan, sosialisasi ini bertujuan untuk peningkatan status Klinik Utama Siti Aisyah yang akan dijadikan Rumah Sakit Ibu dan Anak.

Sehingga, hadirnya Siti Aisyah di tengah-tengah masyarakat dengan membawa misi untuk memberikan kemanfaatan terhadap masyarakat.

"Mudah-mudahan rencana peningkatan status ini berjalan lancar dan memberikan manfaat kepada masyarakat dalam segi pelayanan kesehatan," kata Daeng Ali Taufik saat memberikan sambutan, Sabtu (10/10/2020).

Menurutnya, Klinik Siti Aisyah mulai dirintis sejak tahun 1974. Hal itu, sangat wajar jika tahun 2020 ini, Klinik Siti Aisyah akan menaikkan status menjadi rumah sakit.

Nantinya, masyarakat tidak perlu jauh-jauh lagi ke RSUD SMART Pamekasan apabila ada keluarganya yang sakit kritis dan butuh berobat atau ada seorang ibu yang ingin melahirkan bisa langsung terjangkau jaraknya.

"Akses pelayanan kesehatan tentu akan lebih mudah dan terjangkau untuk mendapatkan pelayangan kesehatan dengan berubahnya status Klinik Siti Aisyah ini menjadi Rumah Sakit," paparnya.

Taufik sapaan akrabnya, menyampaikan, pengelolaan Klinik Siti Aisyah ini tidak hanya untuk kepentingan bisnis saja, melainkan untuk memberikan manfaat dan kemudahan kepada masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan yang prima.

Bahkan, apabila ada keuntungan yang didapat oleh Klinik Siti Aisyah, maka akan dibagikan ke masyarakat setempat dalam bentuk kegiatan sosial.

"Rumah sakit yang kami rintis ini masih kelas minimalis jangan dibayangkan seperti RSUD SMART," harapnya.

Ia juga menjelaskan, jumlah bed yang terdapat dalam rumah sakit Siti Aisyah ini hanya sebanyak 25 tempat tidur. Jumlah bed sebanyak itu kata dia tentu tidak sama dengan rumah sakit besar pada umumnya. Namun secara regulasi, jumlah bed sebanyak itu menurut dia sudah memenuhi syarat untuk dijadikan rumah sakit.

"Sosialisasi ini kami lakukan sebagai pemenuhan syarat untuk mengurus izin UKL – UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan - Upaya Pemantauan Lingkungan)," jelasnya.

Terpisah, salah seorang warga setempat, Roni mengaku senang dan mendukung perihal rencana peningkatan status Klinik Siti Aisyah yang akan dijadikan rumah sakit. Karena, hadirnya rumah sakit Siti Aisyah akan memberikan manfaat yang positif, seperti tidak perlu jauh-jauh lagi apabila terdapat masyarakat setempat yang ingin berobat.

"Misal ada keluarga kita yang kritis kan lebih dekat ke rumah sakit Siti Aisyah saja untuk berobat dan sangat mudah bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan," jelasnya.

Namun, Roni juga meminta bila nantinya Klinik Siti Aisyah sudah resmi menjadi rumah sakit, sebisa mungkin saluran pembuangan air sedikit dilebarkan agar tidak mencemarkan ke lingkungan warga.

"Selain itu juga yang berkenaan dengan fasilitas parkir juga diutamakan agar tidak mengganggu kendaraan yang melintas di area gang yang akan masuk ke Klinik Siti Aisyah," tutupnya. (did)