JATIMPOS.CO/BANYUWANGI - Pemkab Banyuwangi meluncurkan program SMS Pisan, kepanjangan dari Sapi Manak Setahun Pisan (sapi beranak setahun sekali). Program ini memberikan treatment kepada indukan sapi yang mengalami gangguan reproduksi sehingga mereka dapat bereproduksi secara maksimal, yaitu satu tahun sekali.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani meluncurkan langsung program tersebut di sela-sela kegiatan bupati ngantor di desa (Bunga Desa) di Desa Temurejo, Kecamatan Bangorejo, Kamis (29/4/2021). Ipuk didampingi Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, Arief Setyawan. Turut hadir Kepala UPT Inseminasi Buatan Dinas Peternakan Jawa Timur, Dr. drh. Iswahyudi.
“Semoga dengan program SMS Pisan ini, populasi sapi di Banyuwangi bisa semakin meningkat, ujungnya tentu meningkatkan kesejahteraan kawan-kawan peternak,” kata Ipuk.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi Arief Setyawan menjelaskan, program SMS Pisan ini mendorong agar sapi-sapi di Banyuwangi dapat bereproduksi dan berproduksi secara maksimal.
“Target kami, setiap induk sapi bisa beranak setahun sekali. Dalam program ini, kami siapkan tim yang bertugas mendampingi sapi-sapi yang bermasalah agar bisa produktif kembali. Sehingga usai melahirkan, saat anaknya usia tiga bulan, si induk sudah bisa bunting lagi,” kata Arief.
Dalam pelaksanaannya nanti, kata Arief, tim akan melakukan pendampingan kepada sapi-sapi yang mengalami gangguan reproduksi. Sapi yang tidak birahi akan dibuat birahi.
“Kami berikan treatment khusus, agar reproduksinya bisa sama dengan sapi lainnya," kata Arief.
Arief menambahkan, cara mendapatkan program ini cukup mudah. Pemilik sapi cukup melaporkan kondisi sapinya yang mengalami gangguan reproduksi kepada petugas maupun Pusat Kesehatan Hewan terdekat.
“Biaya pengobatan hingga kawin suntik gratis, ditanggung pemerintah kabupaten. Target kami dalam 1 bulan ini bisa menyasar 750 sapi,” kata Arief.
Program ini disambut hangat para peternak, salah satunya Gatot Wicaksono. Awalnya, dia merasa risau karena sapi miliknya susah bunting, tapi kini setelah ada program ini dia merasa lega.
"Programnya cocok untuk sapi saya, karena hampir dua tahun belum bunting. Saya senang, karena petugas yang datang merawat, dan pelayanannya baik," ujar Gatot.
Kabupaten Banyuwangi sejak dulu terkenal sebagai sentra penghasil bibit sapi unggul, jenis simental dan limousin. Dari total populasi 140 ribu sapi di Banyuwangi, 80 persennya merupakan sapi betina. (rzl)