JATIMPOS.CO//BUKITTINGGI- Kementrian Komunikasi dan Informatika menginisiasi program literasi digital nasional yang menargetkan sebanyak 50 juta masyarakat terliterasi hingga tahun 2024.

Target tersebut menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo terkait transformasi digital untuk pengembangan talenta digital.

Fungsionaris Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Muhammad Irvan menyatakan, pihaknya menggandeng Kementerian Kominfo untuk memberikan pelatihan literasi digital kepada generasi muda di Kota Bukittinggi.

"Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pemuda dan mahasiswa di Bukittinggi tentang pentingnya peran mereka dalam menjadi tameng intoleran dan memfilter isu-isu hoaks di ruang-ruang digital," ujarnya di Bukittinggi (25/4).

Kegiatan yang dilaksanakan di Aula Rumah Dinas Walikota Bukittinggi
itu berlangsung secara hybrid dengan total peserta online sebanyak 360 orang dan peserta offline sebanyak 160 orang.

"Kegiatan ini juga memberikan ilmu yang sangat penting tentang pemanfaatan digital dalam sektor entrepereneurship," kata Irvan.

Seminar literasi digital itu menghadirkan Walikota Bukittinggi Erman Safar sebagai keynote speech. Kemudian, juga hadir Rektor Universitas Muhammad Natsir Afridian Wira ahmad, Ketua Umum KNPI Kota Bukittinggi Firdaus, Ketua Umum HMI Cabang Bukittinggi Aryanda Putra.

Rektor Muhammad Natsir Afridian Wira Ahmad menjelaskan kesadaran pemuda tentang memanfaatkan digitalisasi sebagai alat untuk beurasaha menjadi eunterpereneurship.

"Pemuda hari ini harus mampu berdikari dan memanfaatkan digital sebagai sarana untuk menciptakaan sebuah peluang bisnis," jelasnya.

Hal senada disampaikan Firdaus selaku Ketua Umum KNPI Kota Bukittinggi. Menurutnya, pemuda harus sadar dengan kondisi jaman hari ini bahwa hoaks sangat merajalela di media sosial.

"Peran pemuda sebagai penyaring sebuah kebenaran informasi tersebut sebelum dikonsumsi oleh masyarakat," katanya.

Melalui pelatihan literasi digital, PB HMI mendorong pentingnya peran mahasiswa dan pemuda dalam menangkal dan membentengi masyarakat dari paham radikalisme dan intoleran.

Terlebih, kota Bukittinggi merupakan kota yang sangat toleran dibuktikan dengan tidak pernah adanya kasus pendeskriditan terhadap sebuah agama, ras, suku, dan lain sebagainya.(rls)