JATIMPOS.CO/KABUPATEN MADIUN - Desa Suluk, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun sudah sejak lama dikenal sebagai kampung durian. Ketika musim panen tiba, hampir di setiap rumah - rumah warga menjual berbagai jenis durian lokal desa setempat.
Durian lokal Desa Suluk memiliki ciri - ciri dan rasa yang khas dibandingkan durian daerah lainnya. Dagingnya tebal, rasanya lebih menyengat. Aromanya tinggi, enak, legit dan mantab.
Jenis durian di Desa Suluk terbilang cukup banyak dan tidak terhitung jenis duriannya. Karena di setiap pohon durian pasti memiliki rasa berbeda. Pohon durian ini pun menyebar hampir di semua kebun warga. Usianya mulai dari lima tahun hingga ratusan tahun.
"Beda pohon pasti beda rasanya dan keunggulan durian suluk, rasanya lebih menyengat dan aromanya lebih tinggi, karena mungkin dari ketinggian tempat itu ideal di atas 450 meter dari permukaan laut, " kata Kepala Desa Suluk, Darsono, Minggu (19/2/2023).
Sebagai rasa syukur melimpahnya durian di desa tersebut, masyarakat Desa Suluk, khususnya warga RT 11 dan RT 12 Dusun Banaran membagikan sebagian durian hasil panennya untuk masyarakat umum. Ada sekitar 600 durian dibagikan secara gratis ke masyarakat dalam acara yang dikemas dengan ' Kenduri Tumpeng Durian '.
Dalam tumpeng tersebut disediakan berbagai macam jenis durian lokal asli Desa Suluk. Di antaranya, durian merica, durian kunir, durian bagong, durian bawor, dan durian pojok kampung yang merupakan durian asli Dusun Banaran.

" Acara ini dalam rangka peresmian kampung durian Dusun Banaran, jadi pengunjung yang datang bisa makan gratis dari tumpeng durian yang telah disediakan, " kata Pak Nyoi panggilan akrab Kades Suluk, Kecamatan Dolopo.
Menurutnya, acara kenduri tumpeng durian tersebut sangat luar biasa. Acara yang digelar secara mendadak itu ternyata mendapat antusias dari semua pengunjung yang kebanyakan datang dari luar desa.
Kades Suluk berharap, di awali dengan acara ini kedepan bisa menjadikan Dusun Banaran sebagai salah satu destinasi wisata di desanya.
" Harapan saya selaku Kades, karena punya visi dan impian arahnya ke depan untuk menjadi desa wisata dengan didukung gotong royong masyarakat ini saya merasa terbantu, " ungkapnya.
Kegiatan masyarakat kenduri tumpeng durian ini terwujud, menurut Pak Nyoi berkat inisiatif dan ide kreatif warga Dusun Banaran, di dukung Karang Taruna Mudha Manunggal dan warga RT 11 dan RT 12 Dusun Banaran. Selama acara digelar, hampir semua rumah warga sekitar dipergunakan jualan durian.
Tak hanya durian, sebagai wisata kuliner jangka panjang warga sekitar juga berinovasi mengolah hasil panen durian menjadi kuliner kekinian, seperti durian goreng dan roti durian.
Pak Nyoi mengakui, jika selama ini hasil panen durian suluk dijual ke Surabaya. Tetapi sekarang, karena banyaknya konsumen yang datang langsung ke Desa Suluk, para penjual durian kewalahan hingga harus mendatangkan durian dari luar daerah.
"Selama ini durian suluk dijual ke surabaya. Tetapi saat ini untuk konsumsi masyarakat datang ke Suluk saja sudah kewalahan bahkan kita sampai mendatangkan dari luar daerah, kita mengikuti kemauan konsumen lah, yang jelas semua itu kita lakukan untuk mendongkrak perekonomian warga Desa Suluk, " pungkasnya.
Camat Dolopo, Heri Fajar Nugroho mengatakan Desa Suluk memang sudah dikenal sebagai kampung durian. Karena di dalamnya sudah ada lembah bukit durian, taman durian, pasar durian puntuk, kampung durian banaran dan masih banyak lagi nama nama lainnya.
" Suluk itu sudah dikenal sebagai kampung durian Desa Suluk, semoga kedepan bisa menjadi destinasi wisata andalan di Kabupaten Madiun, " ungkap Camat Dolopo.
Menurutnya ini adalah sesuatu yang luar biasa. Masyarakat Desa Suluk secara mandiri membangun dirinya sendiri dan mengembangkan potensi yang ada di desanya. Karena peran pemerintah hanya memberikan arahan dan bimbingan.
" Peran media juga luar biasa untuk membangun masyarakat. Kita bisa maju dan berkembang karena kebersamaan. Monggo dinikmati dengan rasa syukur, Allah Swt telah memberikan tanah yang subur dan tanah yang makmur, " ucapnya.
Sementara itu, Bupati Madiun Ahmad Dawami mengakui di Kabupaten Madiun banyak wilayah penghasil durian, salah satunya Desa Suluk, Kecamatan Dolopo.
Digelarnya acara kenduri tumpeng durian yang dibuat dari 600 durian varietas lokal ini menurutnya sebuah inovasi pengembangan potensi wisata durian yang sangat luar biasa.
Kaji Mbing, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa ada berbagai jenis durian yang tumbuh di Desa Suluk, mulai durian yang berumur 50 tahun hingga 200 tahun bahkan lebih.
Harga durian di Desa Suluk pun sangat terjangkau. Untuk durian berukuran besar dibanderol dengan harga Rp 60.000 hingga Rp 70.000, sedangkan ukuran kecil berkisar Rp 30.000 hingga Rp 40.000.
"Durian Desa Suluk memang top, " kata Kaji Mbing usai mencoba satu buah Durian Suluk. (jum).