JATIMPOS.CO/BONDOWOSO- Di Desa Binakal, Kecamatan Binakal, Kabupaten Bondowoso, kuliner bebek ungkep menjadi sajian khas yang semakin digemari masyarakat. Di balik kesuksesan kuliner ini ada dua sosok penting: Nur Aini (42), pengolah sekaligus penjual bebek ungkep, dan Sukardi, peternak bebek angon yang memasok bahan bakunya.
Sejak tahun 2021, Nur Aini menekuni usaha rumahan bebek ungkep. Ia mengandalkan pasokan bebek kampung dari peternak lokal, salah satunya Sukardi, warga Desa Binakal yang sudah sejak lama menggembalakan bebek di sawah-sawah sekitar desa.
Berbeda dari peternak kandang, Sukardi menjalankan sistem angon yakni menggembalakan pukuhan ekor bebek ke sawah setiap hari untuk mencari pakan alami. Cara ini tidak hanya hemat biaya, tapi juga menghasilkan bebek dengan kualitas daging yang lebih gurih dan padat.
" Dulu saya sendiri yang angon bebek ke sawah, tapi karena kesehatan mulai terganggu. Sekarang fokus ke panen telurnya," ujar Sukardi.
Ia memelihara sekitar 50 ekor bebek kampung yang digembalakan. Setiap pagi, Sukardi bisa memanen 44 hingga 46 butir telur. Jika tidak habis dijual, ia mengolahnya menjadi telur asin yang dijual seharga Rp2.500 per butir.
Pakan tambahan berupa bekatul, grantil, dan fur perangsang tetap diberikan pagi dan sore. Dengan biaya pakan harian sekitar Rp 40.000 dan penghasilan kotor hampir Rp 98.000 per hari, usahanya cukup stabil.
Selain menjual telur, Sukardi juga menjual bebek yang sudah tidak lagi produktif, terutama bebek jantan. Bebek-bebek afkir inilah yang dimanfaatkan oleh Nur Aini sebagai bahan baku utama bebek ungkep.
Nur Aini menuturkan bahwa ia hanya menggunakan bebek kampung dari peternak lokal. "Saya tidak pernah ambil dari luar desa. Bebek kampung sini lebih enak, karena pakan mereka alami dari sawah," jelasnya.
Bebek-bebek tersebut terlebih dulu disembelih dan dibersihkan, kemudian direbus selama dua hingga tiga jam. Proses ini penting untuk mengempukkan daging dan menghilangkan bau amis.
Setelah direbus, bebek dimasak kembali dengan cara diungkep selama kurang lebih dua jam menggunakan bumbu khas racikan sendiri yang diwariskan secara turun-temurun.
" Bumbunya kami buat sendiri, tidak pakai yang instan. Ini yang jadi kekuatan rasa bebek kami," kata Nur Aini.
Bebek yang sudah diungkep bisa langsung digoreng dan disajikan, atau dikemas untuk pesanan luar. Dalam sehari, Nur Aini bisa menjual hingga 15 ekor bebek, baik secara langsung maupun melalui pesanan online.
Satu porsi bebek ungkep dibanderol Rp 30.000 sampai Rp100.000. Pelanggannya datang dari berbagai wilayah di Bondowoso, bahkan beberapa dari luar kecamatan.
Nur Aini merasa usahanya bukan hanya menopang ekonomi keluarganya, tapi juga ikut membantu para peternak lokal seperti Sukardi agar bebek kampung tetap bernilai jual tinggi.
" Saling menguntungkan. Saya dapat bahan bagus, peternak juga punya pasar tetap untuk bebek afkir mereka," ujarnya.
Kini, baik Sukardi maupun Nur Aini berharap ada dukungan dari pemerintah desa maupun kabupaten, agar usaha kuliner khas Binakal ini bisa terus tumbuh dan menjadi ikon kuliner daerah.(Eko)