JATIMPOS.CO/LAMONGAN – Banyaknya peninggalan bersejarah di wilayah selatan Kabupaten Lamongan, diantaranya adanya situs Megalitikum Punden Berundak Sitinggil di Kecamatan Modo akan dijadikan destinasi wisata arkeologi dan kebudayaan.

Rencana akan dijadikannya sebagai wisata arkeologi, hal ini disampaikan Calon Bupati Lamongan 2020 nomor urut 3 Kartika Hidayati saat melakukan napak tilas ke salah Situs Megalitikum “Punden Berundak Sitinggil” bersama Gemati Lamongan di Kecamatan Modo.

Kartika Hidayati mengatakan berdasarkan sejarah, Situs Sitinggil ini adalah situs Megalitikum Punden Berundak, dan dipercaya sebagai tempat Gajah Mada kecil menghabiskan waktunya untuk menggembala hewan ternaknya.

Dia menambahkan sebagai orang Lamongan harus bangga, bahwa salah satu putra Lamongan menjadi Mahapatih Besar Kerajaan Majapahit yang mampu menyatukan Nusantara, dengan Sumpah Amukti Palapanya.

“Inilah yang harus kita kabarkan, bahwa jangan malu menjadi masyarakat Lamongan, karena Mahapatih Besar Majapahit sangat dipercaya dari Lamongan. Dan ke depan pembangunan fundamental Lamongan juga akan memprioritaskan Wisata Sejarah dan Arkeologi Lamongan selatan,” kata Kartika, Senin (05/10/2020).

Tidak hanya berkunjung ke Situs Sitinggil, rombongan Kartika bersama Relawan Gemati juga menyempatkan diri untuk mampir di titik Nol Kali Lamong di Desa Kedungkumpul, Kecamatan Sukorame Kabupaten Lamongan.

Ketua Gemati Lamongan, Mahrus Ali menyampaikan, bahwa Kali Lamong ini adalah sungai yang menjadi tumpuan hidup masyarakat Lamongan wilayah Selatan. Selain sebagai sumber irigasi, Kali Lamong juga kerap menjadi bencana banjir ketika meluap.

Sungai yang melewati 4 Kabupaten yaitu Lamongan, Mojokerto, Gresik, dan Surabaya. Dan sungai ini ternyata mempunyai hulu sungai atau titik 0 di desa Kedungkumpul. Titik 0 kali Lamong ini, ternyata menyimpan banyak cerita maupun mitos sejarah.

"Gemati ingin mengekspose lebih dalam mengenai beragam situs bersejarah yang ada di Lamongan selatan," ungkap Mahrus Ali.

Mahrus Ali menjelaskan berdasarkan informasi masyarakat sekitar konon di titik 0 ini dulu sering dilakukan ritual sedekah bumi oleh beberapa desa yang berkumpul menjadi satu. Maka dari itu desa ini di namakan Kedungkumpul yaitu kubangan air yang menjadi tempat berkumpul.

"Karena Desa Kedungkumpul sendiri berasal dari 2 kata yaitu kedung dan Kumpul, Kedung berarti kubangan air, dan kumpul bermakna berkumpul," terangnya.

Lebih lanjut Mahrus juga mengatakan, kedepan Gemati berharap dengan acara seperti ini, pasangan KarSa bisa mengetahui pembangunan wilayah perbatasan barat daya Lamongan, yang masih sedikit tertinggal dari Kabupaten sebelah.

“Harapan kami, Titik 0 Kali Lamong maupun Situs Megalitikum Punden Berundak bisa di rehabilitasi dan di jadikan destinasi wisata kedepannya,” tandasnya. (bis).