JATIMPOS.CO//TULUNGAGUNG- Sebanyak 80 orang terdiri dari 16 (enam belas) Guru Sejarah dan 64 (enam puluh empat) siswa SMA/sederajat baik Negeri maupun Swasta dari Kabupaten/Kota di Jatim menelusuru jejak peradaban klasik Tulungagung yaitu Goa Selomangleng, Candi Sanggrahan dan Candi Gayatri.

Kegiatan tersebut dalam rangka Jelajah Sejarah Klasik Jawa Timur Tahun 2019 yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jatim. Pembukaan berlangsung Rabu (27/8) di Graha Wisata Disbudpar Jatim, di Surabaya dan dilanjut ke Tulungagung (28/8).

“Pada malam hari bertempat di Hotel Santika Kabupaten Tulungagung dilaksanakan diskusi kelompok sebagai pendalaman dari materi yang telah diberikan oleh narasumber dan hasil kunjungan lapangan. Besoknya pada hari Rabu dilaksanakan presentasi kelompok,” ujar Kepala Bidang Cagar Budaya dan Sejarah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Dra. Endang Prasanti, MM yang juga selaku Ketua Panitia.

Menurut Dra. Endang Prasanti, MM, maksud dan tujuan diselenggarakannya Kegiatan Jelajah Sejarah Klasik Jawa Timur antara lain menanamkan kesadaran historis kepada generasi muda agar lebih mencintai dan memahami sejarah bangsanya, sehingga sikap dan perilakunya selalu berdasar pada nilai-nilai sejarah.

Narasumber pada kegiatan ini, yaitu : dr. Wisnu, MHum. dari Fakultas Ilmu Sejarah Universitas Negeri Surabaya. Winarto, SSos dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung. Dan Drs. Haryadi, Koordinator Juru Pelihara BPCB Wilayah Tulungagung.

Sementara itu Kepala Disbudpar Provinsi Jawa Timur, Sinarto S.Kar, MM pada kesempatan itu mengemukakan, Jawa Timur memiliki beragam peninggalan nenek moyang dari berbagai periode waktu mulai dari era pra aksara hingga masa kemerdekaan, yang tersebar di hampir semua kabupaten/kotamadya. Keberagaman tersebut menunjukkan kekayaan historis yang kita miliki, sekaligus menunjukkan bahwa Jawa Timur telah menjadi bagian dari pusat peradaban masyarakat sejak dari masa lampau.

“Banyak peninggalan penting dari masa lampau yang ditemukan di Jawa Timur menunjukkan tingginya nilai peradaban nenek moyang kita pada masa itu, selain juga menunjukkan bahwa arus pergerakan manusia telah terjadi sejak ribuan tahun yang lalu. Pergerakan manusia inilah yang nantinya membawa serta kebudayaan dan dari sinilah masing-masing kebudayaan ini saling berinteraksi satu sama lain membentuk suatu peradaban,” kata Kadisbudpar Jatim, Sinarto, S.Kar, MM. (san)