JATIMPOS.CO//SURABAYA- Museum Mpu Tantular di Sidoarjo menyelenggarakan “Jamasan Pusaka Rumah Budaya Pelestarian Keris Pamekasan”, Senin hingga Rabu (22-24 Agustus 2022).

Pada kegiatan bersama Dalang Ki Surono Gondo Taruno, S. Sn dari RRI Surabaya itu sebanyak 500-an keris pusaka dimandikan, disucikan, dibersihkan dan dirawat.

Kepala UPT. Museum Negeri Mpu Tantular, Dra. Nina Rossana, M.Si.
Mewakili Plt Kadisbudpar Jatim Sinarto, S.Kar, MM mengemukakan, sasaran kegiatan perawatan dan koleksi atau jamasan pusaka kali ini sebanyak 500-an keris.

“Baik itu keris koleksi museum Mpu Tantular maupun koleksi masyarakat, dengan mengundang penjamas pusaka dari Kabupaten Pamekasan –Madura,” ujarnya.

“Hasil yang ingin dicapai dari kegiatan jamasan pusaka ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang bagaimana cara merawat keris dengan baik dan benar, sehingga benda pusaka ini akan tetap terpelihara dan terjaga kelestariannya,” tambahnya.

Konservasi dalam metode tradisional dikenal dengan istilah jamasan. Bagi museum jamasan adalah tradisi yang tidak asing lagi dilakukan, karena kegiatan ini tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan koleksi museum guna merawat koleksi agar terhindar dari kerusakan.

“Maksud dan tujuan jamasan pusaka, yakni untuk mendapatkan keselamatan, perlindungan dan ketentraman,” ujar Nina Rossana.

Jamasan pusaka ini merupakan acara yang sakral, karena kita tidak hanya bersentuhan langsung dengan fisiknya keris namun juga secara mistiknya ada juga untuk memberikan spirit pada si pemilik keris.

“Kenapa perlu dilakukan jamasan keris bagi masyarakat. Karena jamasan ini sebagai tradisi dan kita berupaya untuk memandikan, mensucikan, membersihkan dan merawat keris,” ujarnya.

Pada tradisi jawa, jamasan pusaka ini biasanya dilaksanakan pada bulan suro (muharram). Namun untuk kita di museum, kita sifatnya untuk melakukan perlindungan terhadap koleksi yang ada, diantaranya adalah koleksi pusaka yang ada di museum MPU Tantular ini.
“Banyak sekali koleksi pusaka di Museum ini, dan tidak hanya bergantung di bulan Suro saja tapi karena memang tugas dan fungsi sebagai pelsetari budaya, tradisi, benda-benda peninggalan sejarah kita, jadi ketika setiap saat keris tersebut harus memerluka perawatan maka kita lakukan,” ungkapnya.

Namun kata Nina Rossana, untuk kegiatan seperti ini kita secara khsusus melakukannya. Dengan menyusun program ini karena kita ingin memberikan manfaat kepada masyarakat untuk bersama sama dapat merawat keris yang ada di museum dengan proses yang sama dilakukan di masyarakat dengan tidak melupakan tradisi.

“Alhamdulilah kalau di museum, kita sebut kegiatan jamasan ini sebagai proses konservasi koleksi museum. Jadi ini merupakan upaya perlindungan koleksi dengan melakukan perawatan keris/pusaka yang ada di museum,” pungkasnya. (iz)