JATIMPOS.CO/LAMONGAN - Guru dan pendidik SD Plus At Taqwa Kelurahan/Kecamatan Brondong mengikuti workshop asesmen diagnostik siswa dan penguatan Project Based Learning (PjBL).

Kegiatan yang berlangsung selama 3 hari sejak Senin (14/11) hingga Rabu (16/11/) sebagai lanjutan dari workshop sebelumnya, yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan asesmen pembelajaran dalam rangkaian kegiatan sekolah pelopor yang didanai oleh YDSF Surabaya.

"Ada 17 guru yang mengikuti workshop, dari kelas 1 sampai kelas 6 bersama Bapak Arif Santoso, S.T. dan Muhammad Yusuf, S.Pd., MM. sebagai trainer dari KPI Surabaya," ungkap Ketua Yayasan At Taqwa Brondong, Drs. H. Darwoto, M.M, Rabu (16/11/2022).

Wakil Ketua DPRD Lamongan ini menegaskan bahwa, workshop kali ini memiliki tujuan untuk membimbing, melatih, sekaligus menyusun modul proyek penguatan profil pelajar Pancasila yang akan dilaksanakan di SD Plus At Taqwa Brondong.

"Hari pertama membahas sekaligus memahami mengenai asesmen diagnostik dan kesiapan belajar (platform merdeka belajar) serta perbedaaan mendasar antara konsep PjBL (Project Based Learning) dengan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila," tegasnya.

Pada hari kedua, kata Darwoto, guru diajari untuk memahami hal-hal yang harus dilaksanakan sebelum penyusunan modul proyek penguatan profil pelajar Pancasila.

"Ada create your project, project driving question, timeline, menentukan tema, topik dan elemen, alur projek. Sedangkan untuk hari ketiga adalah membahas sekaligus penyusunan rubrik asesmen , modul proyek, tangga umpan balik, dan presentasi tugas modul proyek," katanya.

Penyelenggaraan workshop ini, ujar Darworo, tentu akan membawa manfaat yang luar biasa bagi tim edukatif dan lembaga pendidikan SD Plus At Taqwa dalam menerapkan kurikulum merdeka.

"Semua guru tidak hanya mendapatkan pemahaman sekaligus pendampingan secara langsung pembelajaran diferensiasi dan asesmen pembelajaran, tetapi juga terkait juga asesmen diagnostik dan PjBL," ujarnya.

Sementara itu, Trainer YDSF Surabaya, Muhammad Yusuf menjelaskan bahwa, asesmen diagnostik merupakan bentuk pra-penilaian yang dilaksanakan pada awal perencanaan project, untuk menyesuaikan pemilihan tema, profil, dan dimensi dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan peserta didik.

"Secara khusus asesmen ini dilakukan oleh pendidik untuk mengidentifikasi elemen dan sub elemen yang akan dipilih, serta mengidentifikasi capaian fase yang sesuai dengan kemampuan peserta didik. Hasil dari asesmen diagnostik ini, bisa digunakan sebagai modal dalam implementasi pembelajaran yang berbasis PjBL yang dalam struktur kurikulum masuk dalam kegiatan pembelajaran intrakurikuler," jelasnya.

Yusuf menambahkan, terdapat perbedaan mendasar antara PjBL, proyek dan P5 (Proyek penguatan profil pelajar pancasila). PjBL merupakan salah satu metode pembelajaran yang diselesaikan dalam tim, sedangkan pada pembelajaran dengan hasil proyek, posesnya diselesaikan sendiri.

"Jika pada proyek guru berperan sebagai sumber pengetahuan, sedangkan pada PjBL guru berperan sebagai pemandu. Dalam hal waktu, proyek memebutuhkan waktu lebih singkat dibandingkan PjBL. Pada proyek memiliki 1 hasil yang benar, sedangkan pada PjBL bisa menghasilkan hasil yang tidak terduga. Sedangkan untuk penilaiannya, proyek berada di akhir, dan untuk PjBL sendiri, praktik penilaiannya merupakan bagian intergral dari desain proyek dan ada umpan balik yang berkelanjutan," pungkasnya. (bis).