JATIMPOS.CO/PROBOLINGGO - Perkembangan dunia pendidikan yang mengarah pada terciptanya lulusan yang siap kerja, hingga saat ini masih menjadi referensi bagi masyarakat untuk menempatkan putra putrinya guna memperoleh pendidikan pada jurusan yang dikehendaki di hampir semua lembaga pendidikan kejuruan.
Selama ini Masyarakat cenderung berasumsi dengan keterampilan (skill) yang dimiliki lulusan sekolah kejuruan akan menjadi dasar guna memperoleh pekerjaan saat siswa tidak meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Tentunya semua lembaga pendidikan kejuruan di dukung tenaga profesional sesuai jurusan yang diminati oleh anak didik. Dengan ketersediaan tenaga pendidik yang kompeten diharapkan dapat memberi kontribusi bagi siswa utamanya dalam menyerap pembelajaran baik secara teori maupun praktek.
Namun keberadaan tenaga pengajar yang menguasai mata pelajaran khususnya mata pelajaran (mapel) produktif semakin hari kian berkurang seiring masa pengabdian sebagai tenaga pengajar telah usai (purna).
Untuk itu ada kebijakan pemenuhan guru produktif diambilkan dari guru non produktif yang tentunya melalui proses pelatihan di Pusat pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) dibawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Diharapkan dengan mengikutsertakan para guru dalam pendidikan dan pelatihan ini, guru yang bersangkutan menjadi kompeten dibidangnya. Ironisnya melalui program ini, secara spesifik tidak serta merta tenaga pengajar tersebut menguasai kompetensi sebagaimana diharapkan.
Hal ini terbukti ketika diterjunkan dilapangan sebagai guru produktif, ternyata masih banyak tenaga guru belum bisa menjawab kebutuhan sebagai guru produktif yang kompeten.
Kenyataan ini juga disampaikan oleh Drs Didik Purwandi MM, salah seorang tenaga pengajar yang bertugas di kota Probolinggo.
Menurutnya, seorang guru yang menguasai kompetensi pada mapel produktif menguasai materi teori dan praktek kemampuannya mempelajari secara terus menerus melalui jenjang pendidikan kejuruan.
Dengan menuntut ilmu diperguruan tinggi yang secara terus menerus fokus pada falkultas yang diminati dan dengan demikian tak berlebihan apabila bekal kompetensi yang dimiliki sebagai guru peoduktif saat proses belajar mengajar sudah tidak diragukan lagi.Ujar pria yang juga menjadi Kepala Sekolah disalah satu SMK di kota Probolinggo ini.
Lebih lanjut Didik mengharapkan adanya kebijakan dari Dispendik Jawa Timur untuk mengijinkan sekolah-sekolah mendatangkan guru tamu dari pihak industri atau asosiasi profesi bahkan di ijinkan untuk mengontrak untuk waktu tertentu.
" Dengan memanfaatkan guru non produktif yang hanya dibekali dengan mengikutkan dalam diklat, saya pikir belum bisa mewakili untuk menerapkan kompetensi yang dimiliki denga skill yang harus disampaikan kepada siswa, " tambahnya.
Pria yang cukup familier ini menyampaikan solusinya agar Dispendik memanfaatkan guru tamu dan guru kontrak dari pihak industri dan organisasi profesi serta memanfaatkannya sesuai dengan fak yang dibutuhkan.
Pantauan Jatim Pos dilapangan, hampir semua lembaga pendidikan kejuruan mengalami krisis guru mapel produktif dan ini berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menyerap materi pembelajaran. Berbagai persoalan selalu muncul ketika berlangsungnya proses belajar mengajar karena terbatasnya keberadaan guru mapel produktif dan hal ini harus segera teratasi. (Sf)