JATIMPOS.CO/WASHINGTON, D.C- Seorang mahasiswi asal Jatim saat ini sedang menjalankan studi di Amerika Serikat menuliskan kisah menjalankan ibadah puasa di Kampus Bloomberg Center, Washington, D.C., Amerika Serikat. Sangat inspritatif. Berikut ini kisahnya yang dikirim ke redaksi jatimpos.co, Senin (24/3/2025).

Nama saya Vinandhika Parameswari, bisa dipanggil Viki. Saya saat ini sedang menempuh pendidikan S-2 (master’s degree) di Johns Hopkins University, Kampus Bloomberg Center, Washington, D.C., Amerika Serikat.

Saya mengambil program studi Komunikasi dengan konsentrasi politik agar sejalan dengan karir saya di bidang pemerintahan yakni sebagai humas pemerintah. Saya lahir di Ponorogo, salah satu kabupaten kecil di Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Menu bulan Ramadhan di AS

------------------------------------

Saya tinggal di Kabupaten Ponorogo hingga kelas 3 SD kemudian pindah mengikuti orang tua saya ke Kabupaten Jember yang berlokasi di wilayah tapal kuda Provinsi Jawa Timur. Saya tumbuh besar di Kabupaten Jember hingga menyelesaikan pendidikan SMA kemudian saya memutuskan untuk berkuliah di Universitas Airlangga, Surabaya, mengambil jurusan Ilmu Hubungan Internasional. Selepas menuntaskan kuliah, saya mendapatkan pekerjaan pertama di Jakarta hingga seterusnya berdomisili di area Jabodetabek.

Hidup berpindah-pindah sedari kecil hingga bekerja mendorong saya untuk lebih adaptif dengan kondisi lingkungan yang dinamis hingga berkeinginan untuk melanjutkan kuliah S2 di luar negeri demi mendapatkan tantangan dan pengalaman hidup di negara lain yang tentu berbeda dengan yang selama ini saya alami di Indonesia.

Pada tahun 2021, saya mengikuti seleksi program Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) dari LPDP dan berhasil lolos sebagai salah satu Awardee (penerima beasiswa) setelah melalui tiga tahapan seleksi (administrasi, tes kemampuan dasar berbasis komputer, dan wawancara). Namun, saya memutuskan untuk baru berangkat ke Amerika Serikat pada tahun 2023 karena ada sejumlah pertimbangan penting, salah satunya adalah memilih tujuan kampus dan program studi yang tepat yang harus saya sesuaikan dengan kebutuhan studi dan karir profesional saya pascastudi.

Vinandhika Parameswari di Kampus Bloomberg Center, Washington, D.C., Amerika Serikat

--------------------------------------

Selama tinggal di Amerika Serikat, sebagai seorang muslim berhijab, banyak orang dapat secara langsung mengideintifikasi agama saya dari identitas fisik yang saya kenakan. Sebelum menginjakkan kaki di Washington, D.C., saya sempat merasakan sejumlah keraguan apakah identitas hijab saya akan mendatangkan persoalan bagi saya nanti setibanya saya di Amerika Serikat dan tinggal di sana selama studi.

Namun, untungnya selama hampir dua tahun menetap di Washington, D.C., dan mengunjungi sejumlah kota dan negara bagian di Amerika Serikat, seperti Boston-Massachusetts, New York City-New York, Virginia, dan Maryland, kekhawatiran tersebut terpatahkan oleh realita bahwa banyak warga setempat yang saya kenal dan temui justru sangat menghormati saya sebagai seorang muslim.

Misalnya, teman, profesor, dan bahkan tetangga tempat tinggal saya dari Amerika Serikat sering menanyakan dan mengonfirmasi pada saya secara langsung apakah saya boleh mengonsumsi makanan tertentu yang mungkin tidak diperkenankan dalam Islam atau apakah saya membutuhkan waktu khusus untuk beribadah karena mereka pernah melihat saya beberapa kali meminta waktu sejenak untuk melaksanakan ibadah salat.

Apalagi ketika bulan Ramadan tiba, pernah ada profesor salah satu mata kuliah yang saya ambil, justru mengingatkan saya untuk berbuka puasa terlebih dahulu ketika waktunya sudah tiba dan mengizinkan saya untuk keluar kelas supaya saya dapat minum dan makan dengan baik.

Tahun ini merupakan tahun kedua saya menjalankan ibadah puasa Ramadan di Amerika Serikat. Saya tetap mengambil kelas perkuliahan seperti biasa dan melakukan aktivitas rutin selayaknya bulan-bulan lainnya. Tantangannya dibandingkan dengan berpuasa di Indonesia tentu berbeda. Salah satunya tidak banyak menemui sesama muslim yang berpuasa, seperti halnya di Indonesia.

Selain itu, tidak banyak orang mengetahui bahwa saat ini adalah bulan Ramadan dan selaku muslim wajib berpuasa sehari penuh dari matahari terbit hingga terbenam. Menjelaskan kepada teman maupun kenalan, tidak hanya dari Amerika Serikat namun juga sesama mahasiswa internasional dari negara lain dengan penduduk yang bukan mayoritas Islam tentu menjadi pengalaman yang unik dibandingkan dengan ketika berpuasa di tanah air.

Meskipun dari sisi keanekaragaman ras dan budayanya, Amerika Serikat dan Indonesia memiliki kemiripan, tinggal dan hidup di Amerika Serikat sebagai seorang muslim mengajarkan saya banyak hal untuk lebih menghormati perbedaan dari sudut pandang minoritas.

Menjalankan ibadah puasa Ramadan di tahun kedua di Amerika Serikat tentu memiliki nuansa yang berbeda dengan di Indonesia yang hampir selalu berlangsung meriah.

Ada banyak pedagang makanan yang berjualan takjil menjelang waktu berbuka puasa bahkan ketika waktu sahur. Tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, Ramadan tahun ini pun masih berada di musim transisi dari musim dingin/salju menuju ke musim semi sehingga durasi berpuasanya berlangsung sekitar 12 hingga 13 jam.

Pada minggu pertama Ramadan, kami mendapatkan waktu berpuasa hampir 12 jam yang kemudian bertambah satu jam lebih lama setelah daylight saving. Saya biasanya mengetahui waktu sahur dan berbuka puasa dengan mengecek website yang memberikan informasi waktu salat seperti IslamicFinder.

Tidak ada persiapan khusus yang saya lakukan untuk berpuasa di tahun kedua ini selain mungkin menyiapkan bahan makanan lebih banyak di akhir pekan supaya lebih efisien ketika memasak untuk sahur dan berbuka puasa nanti. Jika sedang rindu dengan makanan khas Ramadan di Indonesia atau ingin mengonsumsi takjil tertentu seperti kolak pisang atau biji salak, bahan-bahan untuk membuatnya cukup mudah ditemui di toko Asia yang berlokasi di area Falls Church, Virginia atau toko yang menjual khusus bahan makanan Indonesia yang berlokasi di area Rockville, Maryland.

Biasanya saya berbelanja bahan makanan halal di toko-toko tersebut yang jarak tempuhnya kurang-lebih satu jam dari pusat kota Washington, D.C., menggunakan kereta Metro. Jika sedang tidak memungkinkan untuk berbelanja secara langsung, saya terkadang juga berbelanja secara online (daring) melalui aplikasi Weee! yang menyediakan berbagai macam bahan makanan dari negara-negara Asia dengan harga terjangkau.

Setiap Ramadan tiba, saya sering mendapat undangan berbuka puasa dari komunitas muslim yang ada di Washington, D.C., tidak hanya dari Indonesia namun juga negara lain, seperti Pakistan. Ketika memenuhi undangan buka puasa bersama dari komunitas muslim Pakistan misalnya, saya pernah disuguhkan hidangan khas negara ini, antara lain naan (roti pipih dari tepung gandum) yang biasanya disantap dengan chicken korma (kuah berbumbu seperti kari yang kental) dan cashew, pakora (gorengan dari sayuran khas Pakistan), dan nasi biryani khas Pakistan.

Sedangkan agenda buka puasa bersama dari komunitas Indonesia di Amerika Serikat salah satunya diadakan oleh Permias DC. Permias DC, organisasi yang beranggotakan mahasiswa Indonesia yang sedang berkuliah di area DMV (DC, Maryland, Virginia) berkolaborasi dengan Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) dari Kedutaan Besar RI di Washington, D.C. (KBRI DC) setiap tahun menginisiasi agenda buka puasa bersama untuk mahasiswa.

IMAAM Center, masjid yang didirikan oleh komunitas dan diresmikan secara langsung oleh Presiden Republik Indonesia ke-6, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2014 lalu.

------------------------

Selain itu, setiap bulan Ramadan tiba, komunitas muslim Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat area DMV setiap hari menyediakan takjil dan makanan berat gratis di IMAAM Center, masjid yang didirikan oleh komunitas ini dan diresmikan secara langsung oleh Presiden Republik Indonesia ke-6, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2014 lalu.

Di IMAAM Center, komunitas muslim dari berbagai negara dapat berbuka puasa secara gratis yang diikuti dengan salat tarawih berjamaah. Pada waktu-waktu tertentu menjelang Ramadan, IMAAM Center juga menyelenggarakan bazaar dengan menjual berbagai makanan Indonesia.

Selain itu, saat lebaran tiba, IMAAM Center menjadi salah satu masjid bagi para kaum muslim di area DMV untuk melaksanakan salat id. Usai salat id, KBRI DC, biasanya menyelenggarakan agenda Open House yang terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk hadir dan menikmati berbagai makanan khas Indonesia. Agenda ini diharapkan dapat menjadi penyambung tali silaturahmi dengan sesama masyarakat Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat dan pengobat rindu bagi para perantau yang tidak dapat pulang ke Indonesia ketika lebaran tiba. (*)