JATIMPOS.CO//MALANG- Kick off program Kejar (Satu Rekening Satu Pelajar) Di Malang disosialisasikan di aula SMAN 4 (1/10/2020) dengan dihadiri kepala sekolah, perwakilan siswa, Walikota Malang, Kepala Kemenag Kota Malang. kegiatan tersebut dilaksanakan secara serentak di Jatim oleh Gubernur Jatim.

Sugiarto Kepala OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Malang, mengatakan, targetnya, 90 persen penduduk Indonesia sampai 2024 nanti sudah melek pada perbankan. Di Jatim, yang naik adalah akses keuangan mencapai 76 persen. Namun literasinya masih jadi PR.

Perhari ini, OJK telah menutup 126 pinjaman online (pinjol). Serta menutup 32 perusahaan investasi ilegal. "Ini juga jadi PR kami," sambungnya. Tentang Kejar, nantinya diharapkan semua pelajar Kota Malang minimal punya satu rekening.

"Paling tidak ada tiga manfaat. Pertama, tingkat inklusi bertambah. Terutama akses pelajar pada manfaat perbankan. Kedua, tingkat literasi bertambah. Ketiga, menabung merupakan satu alat untuk belajar mengelola uang saat sekolah. Dengan adanya rekening, maka secara mandiri bisa mengelola rekeningnya," jelasnya.

Sementara itu Sutiaji Walikota Malang, mengatakan tingkat kepemilikan rekening pribadi pelajar SD-SMP di Kota Malang sekitar 20 persen."Mungkin karena masalah kepemilikan identitas. Nanti kalau semua anak-anak sudah memiliki KIA (Kartu Identitas Anak) mungkin bisa meningkat. Kalau siswa SMA-SMK mungkin sudah 60 persen," kata Sutiaji.

Dan kick off Kejar bukan hanya untuk memenuhi inklusi saja tapi juga belajar hidup hemat."Jangan dilihat besarannya. Tapi kontinyuitasnya. Percuma punya rekening tapi tidak disiplin," ungkap Sutiaji.

"Selain itu, hidup ini pasang surut. Kekayaan tidak selamanya abadi. Belum tentu akan selalu kaya. Nanti ini memiliki tabungan maka akan membantu," jelasnya.

Selain itu, rekening juga bisa menambung hasil kerja kreatif.Ia mencontohkan ada salah satu siswa di Kota Malang yang suka bermain Tik Tok dan Youtube. Hasilnya juga bisa ditabung di rekeningnya.

Sutiaji juga mengingatkan agar masyarakat meningkatkan literasi perbankan agar tidak terjerumus pada investasi tidak jelas. "Kalau literasinya bagus, pasti tidak tertarik," tutupnya.(Yon)