JATIMPOS.CO/JOMBANG - Pasca pemberitaan media ini kemarin, Kepala Sekolah SMPN 1 Perak, Kiswari, Selasa (3/9/2019) menjawab keluhan mahalnya harga kain batik di sekolah yang dipimpinnya.


Diberitakan sebelumnya, pada tahun ajaran baru ini wali murid terpaksa harus mencari dana talangan guna mencukupi kebutuhan biaya pendidikan anaknya. Sebab, pihak sekolah mewajibkan bagi siswa untuk membeli kain batik untuk seragam.

Karena sebelumnya sempat diwacanakan akan mendapat seragam gratis dari pemerintah. Namun, dalam praktiknya hanya akan mendapat kain biru putih 1 stel, kain pramuka 1 stel, dan kaos olahraga 1 stel.

"Katanya kain biru putih, pramuka dan kaos olahraga dapat dari pemerintah. Tapi untuk kain batiknya tidak. Harus beli sendiri. Mahal juga ya mencapai 400 ribu," ucap seorang wali murid sembari meminta namanya tidak diberitakan.

Lebih lanjut dikatakan, kalau ditotal lebih dari Rp 1.200.000 yang perlu dibayarkan. Itu untuk membeli kain batik dan atribut sekolah (badge, kaos kaki, sabuk, dan topi) sebesar Rp 400 ribu. Kemudian untuk kursus bahasa inggris dan studi wisata ke yogyakarta 800 ribu.

"Itu nanti mungkin bisa lebih, karena belum untuk beli buku. Belum biaya lain-lain. Misalnya, biaya jahit seragam yang tidak murah juga. Kemudian buku-buku tambahan lainnya. Saya dengar masih ada buku LKS dari sekolah lagi yang nantinya harus dibeli," imbuhnya.

Menanggapi hal itu, Kepala Sekolah  SMPN 1 Perak, Kiswari mengatakan, pihaknya tidak pernah memaksa para wali murid untuk membeli atribut siswa tersebut yang dianggap mahal.

"Tidak ada yang memaksa. Jika siswa tidak membelinya juga tidak apa-apa. Hanya saja, siswa jika tidak menggunakan atribut tanpa tulisan SMPN 1 Perak, kan berarti tidak seragam dengan yang lainnya," ungkapnya.

Selain itu, pihaknya juga membantah adanya pengumuman yang diberikan kepada wali murid. Menurutnya, 400 ribu itu rinciannya bukan hanya untuk kain saja melainkan juga atribut lainnya misalnya sabuk, kaos kaki, badge.

"Sebagaimana edaran yang kami terima oleh Rekanan RAMA TEXTILE, Alamat DTC Lt. 2 Surabaya. Untuk kain batik siswa laki-laki rinciannya 211.600 dan untuk siswi berjilbab 228.300.

Kalau menurut hitungan saya, kalau mencapai 400 ribu itu,ya yang 200 ribu an untuk atribut tersebut," kilahnya.

Disinggung mengapa rekanan tersebut RAMA TEXTILE, Kiswari enggan berkomentar. "Rekanan yang ditunjuk itu wewenangnya Dinas atau setidaknya MKKS. Sampean tanya kesana saja," ucapnya.

Ketika disinggung pula mengapa harga atribut saja yang mencapai ratusan ribu rupiah, lagi-lagi Kiswari enggan merinci. Sedangkan harga dipasaran, misal harga kaos kaki jika dapat 2 buah @Rp 20 ribu, sabuk 15 ribu, topi 10 ribu, badge 10 ribu, artinya sekitar 75 ribu an.
Kemudian, jika ditambah kain batik 211 ribu sekitar 286 ribu. Katakanlah jika dibulatkan ya sekitar 300 ribu tidak sampai 400 ribu. Kiswari enggan memberikan penjelasan.

"Kalau rincian harga atribut, itu urusannya Koperasi Siswa (Kopsis), Sekolah hanya dititipi saja. Kami hanya sebatas membantu menyampaikan edaran harga dari rekanan itu ke orang tua wali murid. Sama untuk yang dari Disdik" ucapnya.

Sementara itu terkait kursus bahasa inggris dan studi wisata yang menelan biaya 800 ribu per siswa, Kiswari tidak menampik hal tersebut. Pihaknya telah bekerjasama dengan pihak lembaga kursus dari Pare.

"Saya inginnya pada saat studi wisata ke Yogyakarta. Siswa diharapkan sudah bisa berbahasa inggris, jadi anak-anak perlu kursus dahulu," pungkasnya.

Untuk diketahui, pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB,red) tahun ajaran 2019-2020. SMPN 1 Perak menerima sebanyak 286 siswa. Sehingga jika dihitung 286 siswa X 1.200.000 menelan biaya sebesar Rp 343,200,000. (her)