JATIMPOS.CO/KABUPATEN MALANG - Pihak Rumah Sakit (RS) Prasetya Husada, Ngijo Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, akhirnya memberikan klarifikasi atas peristiwa dugaan adanya malapraktik yang terjadi pada anak Imam Jazuli yakni Alvito hingga meregang nyawa saat mendapatkan perawatan pada 13 Juni 2023.
“Pada intinya, setelah dilakukan audit internal bahwa penanganan pasien anak berusia 6 tahun atas nama Alvito Ghaniyu Maulidan itu, bahwa petugas medis telah menjalankan perawatan sesuai dengan Standar Operasional Prosesur (SOP) yang berlaku di RS kami, dari mulai datang hingga pulang pun sudah sesuai prosedur,” ungkap Direktur RS Prasetya Husada, dr Prima Evita saat konferensi pers di Ruang Rawat Inap, Kamis (22/6/2023).
Dalam konferensi pers tersebut dihadiri beberapa awak media beserta jajaran direksi yaitu Direktur RS Prasetya Husada, dr Prima Evita, Spesialis Anak dr Agung Prasetyo, Ketua Komite Etik dan Hukum dr Haiman Madjedi Khafid serta Kapolsek Karangploso Iptu Bambang Subinajar.
Sementara itu, penanggung jawab pasien dokter spesialis anak rumah sakit Prasetya Husada, dr Agung Prasetyo, PSa yang bertanggung jawab dalam penanganan korban menjelaskan pihaknya juga masih belum tahu apa penyebab secara pasti kasus kematian bocah umur 6 tahun bernama Alvito Ghaniyu Maulidan putra Imam Jajuli anggota Polres Batu.
“Saya sendiri masih bimbang, apa yang menjadi faktor penyebab kematiannya. Yang pasti ada henti jantung mendadak yang terlihat dari monitor. Saya menduga ada gangguan serangan jantung. Apakah hal itu berkorelasi dengan dehidrasi yang dialami pasien saat datang ke rumah sakit, hal itu bisa iya, bisa tidak,” jelas Agung.
Disebutkan tindakan yang dilakukan rumah sakit saat penanganan termasuk pemberian suntikan kepada pasien sudah sepengetahuan dan persetujuan dari pihak keluarga.
dr Agung Prasetyo membantah dugaan malapraktik akibat suntikan yang 5 menit setelahnya menyebabkan kematian.
“Tidak benar kalau ada pihak yang menyebut malpraktik. Obat suntik yang saya berikan sebenarnya adalah obat anti muntah yang lazim saya berikan kepada pasien-pasien saya. Makanya saya berpikiran bukan itu penyebabnya,” tegas Agung.
“Kasus ini tidak mudah, saya pun pada saat memutuskan hanya mempunyai waktu 5 menit dan itu lewat telepon atau konseling,” lanjutnya.
Kemudian mengenai komplain dari pihak keluarga yang menginginkan agar CCTV dapat dibuka supaya mengetahui kejadian yang sebenarnya,.
Direktur Rumah sakit menjelaskan hal itu tidak mungkin dilakukan. Mengingat RS Prasetya Husada telah mengikuti sistem akreditasi dimana rumah sakit tidak diperkenankan menggunakan CCTV di ruang tindakan untuk menjaga privasi pasien.
Sementara itu Kapolsek Karangploso Iptu Bambang Subinajar menyampaikan kepada awak media bahwa sampai konferensi pers yang dilakukan oleh pihak rumah sakit, keluarga korban belum menyampaikan laporan secara resmi kepada pihak kepolisian.
“Belum ada laporan resmi, kita tunggu saja apakah ada langkah hukum yang akan ditempuh oleh pihak keluarga,” kata Iptu Bambang dengan singkat.
Seperti yang telah ramai diberitakan, Alvito Ghaniyu Maulidan, seorang bocah berusia 6 tahun, tragis kehilangan nyawanya setelah menjalani perawatan di rumah sakit di Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.
Bocah asal Jalan Pertamanan, Desa Kepuharjo, Karangploso itu meregang nyawa usai mendapatkan suntikan saat penanganan medis di RSU Prasetya Husada, Selasa (13/6). Sebelumnya, Alvito dibawa ke RSU Prasetya Husada oleh orang tuanya karena keluhan mual.
Terdapat dugaan kuat bahwa kematian Alvito adalah akibat malapraktik medis yang terjadi selama perawatan tersebut.
Dugaan malapraktik muncul karena Alvito, seorang warga yang tinggal di Jalan Raya Pertamanan, Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, mengalami gejala yang mencurigakan setelah menerima dua suntikan obat selama menjalani perawatan tersebut.
Imam Jazuli ayah korban yang pertama kali mengetahui anaknya mengalami kejang dengan kondisi membiru saat ditangani RS Prasetya Husada menyebut bahwa penanganan dan respon RS terbilang cukup lambat.
Setelah diketahui anaknya tak bernyawa Imam Jazuli menanyakan kepada petugas mengenai obat atau suntikan yang diberikan kepada anaknya.
Imam dan istrinya, yang berada dalam keadaan sedih, mengambil keputusan untuk membawa pulang jenazah anak mereka. Namun, ketika mereka mendapatkan hasil rekam medis sebelum meninggalkan rumah sakit, Imam merasa ada sesuatu yang mencurigakan atau tidak wajar dalam hasil tersebut.
Hingga saat ini, Imam terus berusaha mengkonfirmasi dengan pihak rumah sakit mengenai penyebab pasti kematian anaknya. Namun, belum ada kepastian yang diberikan oleh rumah sakit. Imam berencana untuk melaporkan kasus ini kepada penegak hukum sebagai langkah selanjutnya. Ia ingin mendapatkan keadilan atas kehilangan yang dialami dan mengungkap kebenaran di balik kematian tragis anaknya. (yon)