JATIMPOS.CO//SAMPANG- Memasuki musim kemarau tahun 2019, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sampang, Anang Junaidi mencatat ada 67 desa dari 12 kecamatan terdampak kekeringan air bersih.
Ditemui di ruang kerjanya, Anang Junaidi mengaku ada peningkatan jumlah desa terdampak kekeringan dibanding tahun 2018 silam, yang hanya 42 desa dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Sampang, bertambah 25 Desa menjadi 67 Desa.
Sementara desa paling banyak terdampak kekeringan, terdapat di kecamatan Sreseh, Tambelangan, Robatal, Kedundung dan kecamatan Karang Penang.
Menyikapi wilayah kekeringan yang semakin meluas, dan terbatasnya anggaran, BPBD Sampang bekerjasama dengan PDAM dan segenap pihak Swasta, guna bisa mencukupi kebutuhan air diseluruh wilayah terdampak kekeringan.
Dijelaskan Anang, anggaran tahun 2018 sebesar Rp. 92 juta rupiah dan anggaran 2019 meningkat menjadi Rp. 132 juta, namun dinilai dari jumlah desa terdampak kekeringan yang meningkat lebih 51 % dengan prediksi BMKG, bahwa kekeringan di Sampang tahun ini bisa mencapai 4 sampai 5 bulan kedepan, anggaran yang ada bisa tidak mencukupi.
"Berdasarkan peringatan dari BMKG, kekeringan telah melanda kota Bahari sejak bulan juni dan akan berakhir hingga September atau Oktober mendatang," jelas Kepala BPBD Sampang Anang Joenaedi.
Untuk sementara saat ini bantuan dari Gubernur Jawa Timur, Ibu Khofifah Indar Parawansa sebanyak 10 armada tangki air, yang di alokasikan di 5 Desa dari 3 Kecamatan, antaranya Desa Blu'uran Kecamatan Karang Penang, Desa Tanggumong dan Desa Taman Sareh Kecamatan Kota Sampang, serta Desa Gunung Eleh dan Desa Tobei Timur Kecamatan Kedundung Sampang.
Dari meluasnya desa kekeringan, BPBD menilai ada 2 jenis Kekeringan, dimana Kekeringan kritis dimaksud, jarak desa kekeringan mencapai 3 kilo meter lebih, sedangkan kering langka, jarak Desa kekeringan hanya 500meter hingga 2/3 kilo meter dari mata air.
Sementara Penanganan bencana kekeringan sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Yakni, bantuan dropping air bersih kepada masyarakat desa yang terdampak kekeringan secara bergiliran. (dir/man)