JOMBANG/JATIMPOS.CO - Ribuan santriwan-santriwati juga warga Shiddiqiyah bersiaga di Ponpes Shiddiqiyah di Desa Losari Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang, berjaga-jaga di seluruh area Pondok Pesantren (PonPes), karena beredar kabar akan ada upaya jemput paksa terhadap ulma MSA pada Rabu (12/01/2022) oleh pihak Polda Jatim.

Joko Herwanto selaku Ketua Umum DPP Organisasi Shidiqqiyyah (ORSHID) di lokasi menganggap permasalahan MSA merupakan upaya kriminalisasi, maka dari itu menurut mereka mempertahankan marwah dan martabat Ponpes Shiddiqiyah hukumnya wajib.

“Kami segenap murid-murid Shiddiqiyah sangat prihatin sekali atas dugaan rekayasa kasus yang menimpa kami Ponpes Shiddiqiyah, dari awal kami sudah mengira bahwa penetapan MSA menjadi tersangka ini merupakan hal yang janggal, bagaimana bisa seseorang tanpa di periksa tiba-tiba menjadi tersangka,” ungkap Joko, Rabu (12/01/2022).

Joko Hermanto juga menjelaskan, kasus ini merupakan kasus rekayasa buktinya awalnya dikatakan bahwa pelapor merupakan anak dibawah umur, tapi pada kenyataanya dia merupakan perempuan dewasa, bukti yang kedua pelapor sendiri menyatakan bahwa kejadiannya tahun 2017, akan tetapi kenapa baru di laporkan pada tahun 2019, bukti yang lain adalah bahwa kasus ini di nyatakan P19 selama 7X, artinya sudah bolak-balik dari Polda ke Kejati sebanyak 7X, dan ini sangat tidak lazim.

"Dalam fakta Praperadilan yang kami lakukan publik dengan jelas bisa menyaksikan bahwa saksi fakta yang dihadirkan pihak Polda hanya mendengar dari si pelapor tidak menyaksikan sendiri, sedangkan alat bukti yang di sodorkan tidak ada isinya, sedangkan pelapor baru melakukan Visum 6 bulan setelah kejadian dan menjadikan hasil visum itu tidak berkualitas," terang Joko dengan diiringi seruan kalimat ya jabbar ya kohar oleh ribuan warga shiddiqiyah.

Masih kata Joko, dengan melihat kronologi kasus yang sangat janggal dan seolah di paksakan ini, makanya ribuan santri akan mempertahankan harkat dan martabat Ponpes Shiddiqiyah dengan segala resiko apapun akan dihadapi.

Walau demikian Joko juga mengaku secara kelembagaan selalu di didik untuk menghormati negara dan Pemerintah termasuk Polri.

Sementara itu, Ummul Choironi wakil dari para santriwati Pondok Pesantren Majmal Bahrain Hubbul Waton Minal Iman Shiddiqiyah Ploso mengatakan, “Ini merupakan Pekerjaan Rumah (PR) bagi Kita semua warga Shiddiqiyah harus menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi terkait seluruh permasalahan yang menimpah Shiddiqiyah saat ini," terang Ummul Choironi yang juga Sekjen DPP Shiddiqiyah.

Hari ini kita semua berkumpul disini lanjut Ummul Choironi merupakan perwujudan rasa cinta kami kepada Shiddiqiyah dan akan melakukan pembelaan dan mempertahankan Shiddiqiyah sampai kapan pun.

"Permasalahan ini menurut kami sudah merupakan pembunuhan karakter dan juga pencemaran nama baik, untuk itu kami semua yang ada disini akan terus berjuang untuk mendapatkan keadilan," imbuhnya.

"Kita disini tidak di ajarkan untuk membangkang akan tetapi ketika keadilan itu tidak kita dapatkan, kami akan membela dan mempertahankan diri sampai kita mendapatkan keadilan yang sesungguhnya, karena permasalahan ini menurut kami sangat tendensius dan ada permainan dibelakangnya. Agar keadilan bisa terwujud, maka dari itu kita juga berpesan pada semuanya agar jangan mendengarkan sepihak saja," ungkas Ummul Choironi. (her)