JATIMPOS.CO/TUBAN – Teka-teki DPC PKB Tuban dalam menentukan sikap politik Pilkada 2024 menjadi perhatian masyarakat Tuban. Masihkah tersisa nyali untuk menjadi lawan politik Golkar seperti Pilkada 2020 lalu. Ataukah justru berkoalisi mendukung bupati dengan ikut gelombang.

Bukan tanpa sebab, hal ini menyusul pernyataan Ketua DPC PKB Tuban Miyadi yang sebelumnya pernah secara terang-terangan menawarkan diri sebagai calon wakil Bupati Tuban alias mengajak koalisi. Kendati dibalut dengan nada ‘guyonan’ namun caranya memainkan pola komunikasi politik cukup apik.

Dan belakangan ini Ketua DPC PKB Tuban, Miyadi memastikan hingga detik Minggu kedua Juni belum ada kader yang berani mengacungkan diri sebagai pesaing Aditya Halindra Faridzky untuk mencalonkan Bupati Tuban dalam Pilkada 2024. Tidak dijelaskan apa yang melatarbelakangi PKB masih berdiam diri.

“Sampai hari ini belum ada kader yang siap dan mendaftar sebagai calon bupati 2024 di internal PKB,” kata Miyadi dikonfirmasi Jatim Pos, Selasa (11/6/2024).

Miyadi dengan tegas mengatakan bahwa belum munculnya ‘jago’ sebagai Bupati Tuban dipastikan bukan karena PKB ‘terhantui’ oleh kinerja kepala daerah saat ini. Melainkan komunikasi internal partai masih terus dilakukan baik dari jajaran DPC hingga DPP.

“PKB tidak terhantui persoalan tersebut, persoalannya belum ada kader maupun non kader yang mau mencalonkan diri sebagai Bupati dan Wakil Bupati,” ujar mantan aktivis PMII ini.

Statement yang pernah akan menyampaikan sikap resmi pada bulan Juni ini? Ketua DPRD Tuban dua periode ini mengungkapkan DPC PKB masih menunggu jadwal rapat pleno dari DPP. Hasil rapat pleno tersebut akan menjadi dasar kesimpulan untuk memutuskan sikap dalam Pilkada 2024.

“Kita masih menunggu apa yang menjadi harapan dari DPP,” terangnya.

Disinggung benarkah ini karena tidak adanya cawe-cawe dari Mantan Bupati Tuban, KH Fathul Huda terhadap DPC PKB Tuban, Miyadi membantah bahwa suasana ini tidak ada kaitannya dengan hal tersebut. Pastinya mantan Bupati Tuban dua periode 2011 hingga 2021 masih bersama PKB.

“Beliau masih konsen bersama dengan PKB, hanya beliau tidak mencalonkan keluarganya untuk maju pilkada,” tutur politisi dapil 1 (Tuban, Merakurak, Montong, Kerek).

Kemudian terkait rumor akan ada koalisi PKB dengan NasDem, Miyadi menyebut belum sampai terpikir ke arah itu. Justru jika petinggi NasDem di Tuban berkehendak untuk membangun sikap politik dengan PKB, maka dinamika politik di Tuban bisa lebih menarik.

Sejauh ini, kata dia, komunikasi antar ketua partai (PKB-NasDem) hanya sekadar menjaga hubungan baik, belum sampai meruncing pada pembahasan sikap dan arah keputusan politik. Namun Miyadi berharap Partai NasDem untuk segera ‘memanasi mesin’.

“Sampai saat kami belum bicara koalisi dengan NasDem, kami masih fokus di internal PKB dan NU,” jelasnya.

Apakah PKB merelakan diri hanya menjadi penonton di luar ring dengan membiarkan incumbent mencalonkan seorang diri tanpa lawan politik alias melawan bumbung kosong? Miyadi menjawab hal itu kecil kemungkinan terjadi. Dinamisnya panggung politik sulit ditebak, karena bicara politik adalah seni komunikasi membaca ketidakmungkinan menjadi mungkin, pun juga sebaliknya. (min)