JATIMPOS.CO//KABUPATEN JEMBER - Pernyataan terkait PKI yang disampaikan oleh Gus Fawait saat refleksi Hari Santri Nasional beberapa waktu lalu telah memunculkan polemik, terutama menjelang Pilkada 2024.

Akademisi Universitas Muhammadiyah Jember, Itok Wicaksono, turut angkat bicara mengenai isu ini, yang menurutnya seharusnya dipahami sebagai bentuk motivasi bagi kalangan santri.

Itok, Dosen Ilmu Pemerintahan FISIP Unmuh Jember, menilai bahwa istilah PKI yang digunakan oleh Gus Fawait adalah sebatas diksi penyemangat bagi santri agar tidak meniru praktik-praktik negatif yang tidak bermoral.

“Penyebutan istilah PKI ini tidak perlu diframing seolah berkaitan langsung dengan kontestasi politik atau pasangan calon tertentu,” ungkapnya pada Jumat (1/11/2024).

Menurut Itok, konteks penggunaan istilah PKI oleh Gus Fawait adalah untuk mengingatkan santri agar selalu menghindari praktik yang tidak etis dalam kehidupan sosial maupun politik.

“Santri saat ini perlu dimotivasi agar memiliki arah perubahan yang lebih baik dari masa lalu,” tambahnya.

Itok juga meyakini bahwa masyarakat Jember sudah cukup cerdas dan tidak perlu terjebak pada isu-isu sensitif seperti PKI.

Itok mengajak masyarakat Jember yang sudah cerdas untuk memaknai kontestasi Pilkada dengan mengarah kepada program tiap-tiap pasangan calon.

Menurutnya, jika berkaitan berkaitan dengan refleksi hari santri, maka masyarakat bisa fokus kepada program-program Paslon berkaitan dengan pemberdayaan santri. Selain itu masyarakat bisa fokus menelaah perjalanan sejarah santri hingga lahir Hari Santri Nasional.

Itok juga menilai, ucapan istilah PKI oleh Gus Fawait konteksnya bukan terkait Pilkada. Jika kemudian isu PKI dijadikan stigma dalam konteks Pilkada, malah menjadi tidak rasional.

Lebih jauh Itok mengajak seluruh masyarakat Jember untuk menatap kondisi Jember ke depan. Terutama hak yang berkaitan dengan masalah-masalah dasar di Jember dan terus memberikan semangat positif bagi para santri.

Itok berharap tidak ada pihak yang merasa sensitif terhadap istilah yang diucapkan Gus Fawait. Masyarakat berhak berpihak kepada pasangan calon manapun tanpa terprovokasi oleh isu PKI. Pilihan politik masyarakat Jember terhadap calon pemimpin harus berlandaskan program yang ditawarkan.

"Kita jangan malah disibukkan dengan isu sensitif dan terjebak dalam dukung mendukung personal dan emosional," tutupnya. (Ari)