JATIMPOS.CO//SURABAYA- Monumen Resolusi Jihad terletak di Jalan Bubutan Gg III, Surabaya. Di tempat ini merupakan tempat pertemuan para kiai dan santri se-Jawa dan Madura yang dipimpin KH M Hasyim Asyari, Rais Akbar NU di Surabaya pada 21-22 Oktober 1945. Senin (9/11), sejumlah wartawan yang tergabung dalam Aliansi Wartawan Surabaya (AWS) melakukan kerjabakti di tempat ini.
Kegiatan bakti sosial tersebut dengan tema 'Untuk Pahlawanku'. dalam rangka menyambut Hari Pahlawan tahun 2020, dan mengenang jasa-jasa dan perjuangan para Kyai dalam merebut dan mempertahankan Kemerdekaan Negara Republik Indonesia (NKRI).
Setelah meminta izin kepada petugas yang menjaga rumah bersejarah itu Pak Yanto dan sahabat-sahabat lainnya, belasan wartawan dari berbagai media di Surabaya dipimpin penanggung jawab acara yang juga Sekretaris AWS, Amar Bachan mengikuti tahapan-tahapan yang telah disiapkan.
Amar mengatakan bakti sosial yang dilakukan merupakan pra kegiatan dari serangkaian rencana kerja yang terjadwal di wadah AWS.
"Ini merupakan pra kegiatan dari AWS, untuk Memperingati Hari Pahlawan tahun 2020. Hal yang paling penting ini merupakan bentuk edukasi termasuk untuk diri kita sendiri. Bahwa, tonggak sejarah Kemerdekaan RI tidak lepas dari tempat ini (Monumen Resolusi Jihad), karena di tahun 1945 usai Kemerdekaan dikumandangkan, serangkaian kejadian menimpa bangsa ini. Intinya, internasional tidak mengakui perjuangan dan Kemerdekaan RI, ini sebuah bentuk penghinaan atas harga diri Bangsa dan Negara, juga umat Islam. Dan, pekik Allahu Akbar pertanda perlawanan terucap disini," ujar Amar, Senin (9/11/2020).
Usai memberikan arahan terkait urut-urutan acara. Dipimpin oleh Umar Faruq dilanjutkan membacakan doa untuk arwah para pahlawan yang gugur.
"Mari kita menundukkan kepala seraya memanjatkan doa untuk arwah para pahlawan yang gugur, sejalan perjalanan perjuangan bangsa ini," ucap Umar Faruq.
Dilanjutkan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Kemudian, para wartawan menyebar, mengambil sapu, kain lap dan air untuk membersihkan Monumen Resolusi Jihad dan sekitarnya di rumah bersejarah itu.
Ketua AWS Martudji, dalam rangkaian itu menegaskan AWS yang merupakan wadah untuk wartawan yang beraktifitas di Surabaya, dengan mengemban AD/ART mempunyai berbagai rangkaian program, baik internal untuk pekerja media di Surabaya, juga kegiatan lainnya yang bisa dirasakan manfaatnya untuk masyarakat.
"Atas nama Ketua AWS, saya mengucapkan terimakasih, salah satunya kepada Sekretaris (AWS) Mas Amar, yang menjadi pioner ide hingga terlaksana bakti sosial ini. Sangat tepat, karena di rumah bersejarah inilah, hadratul syeh, para sesepuh kiai kita se-Jawa dan Madura, pernah berkumpul di tempat ini, pekik perjuangan dan pengorbanan beliau lah yang kemudian negara ini ada hingga saat ini, dan kita ikut menikmati," kata Tudji.
Ditambahkan, heroisme perjuangan mereka pun menggaung di dunia internasional, dengan terbunuhnya Jenderal Mallabi di pertempuran November 1945 di Surabaya.
"Sepatutnya kita bersyukur dan mengucapkan terimakasih, ini harus kita 'teruskan' perjuangan beliau-beliau para Kiai, kita doakan para pejuang bangsa ini tenang di Sisi-Nya," tambahnya.
Usai melakukan kegiatan itu, mereka pun berpamitan, dan sebelumnya sempat ngobrol diantaranya dengan Pak Yanto, Pramono Pagar Nusa PC NU Kota Surabaya dan lainnya. Gayung bersambut, mereka pun menyambut baik keberadaan AWS, mendukung dan siap bersinergi untuk kemaslahatan.
"Meski organisasi baru, tapi yang hadir ini adalah bapak-bapak dan senior yang sudah tidak diragukan lagi, selamat berdirinya AWS. Kami siap bersinergi, kami akan mengundang atau sebaliknya jika ada iven kegiatan yang perlu bersinergi," kata Pramono.
Untuk diketahui, di monument yang melahirkan Resolusi Jihad, isinya seruan untuk mempertahankan Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Semangat itulah yang menjadi penggerak dan mendorong jiwa pemberani Arek-Arek Surabaya dan sekitarnya maju ke medan juang, merebut dan menegakkan Kemerdekaan.
Dalam rangkaiannya terjadi pertempuran dahsyat 10 November 1945. Fakta sejarah membuktikan Resolusi Jihad jadi penggerak dan penyemangat melawan penjajah yang ingin kembali menguasai negeri ini. Arek-arek dan siapapun saat itu maju bergerak melawan penjajah. Bahkan, tak sedikit yang datang dari jauh, Cirebon, Magelang, Malang, Mojokerto dan daerah lainnya membantu perjuangan dalam pertempuran melawan Belanda dan Jepang dan Nica saat itu. (*)