JATIMPOS.CO//SURABAYA- Air bersih merupakan kebutuhan dasar setiap makhluk hidup dan kehidupan. Ketersediaan air yang cukup dan memenuhi baku mutu mutlak menopang kehidupan. Saat ini beban populasi global mencapai 7.6 miliyar penduduk.
Masyarakat butuh air bersih tapi tidak semua punya kesempatan yang sama untuk mendapatkannya karena ketersediaannya terbatas.
Hal tersebut disampaikan Firdaus Ali M.Sc. PH.D (Pimpinan Indonesia Water Institute) Kamis (11/02/21) dalam webinar Pola Konsumsi Air Bersih Masyarakat Selama Pandemic Covid-19.
"Pandemi Covid-19 ini mengharuskan masyarakat kita melakukan protokol kesehatan seperti anjuran rutin mencuci tangan, mandi dan mencuci sarana prasarana lainnya. Hal ini menjadi tantangan baru dan peradaban baru bagi kita,” ujarnya.
“Kami Indonesia Water Institute) melakukan riset pada bulan Oktober- Nopember 2020 yang lalu dan menunjukkan hasil bahwa terjadi kenaikan pola konsumsi air sebesar 3 kali lipat dari sebelum pandemi. Tentu ini membutuhkan penyelesaian lanjutan bagi daerah daerah yang tidak memiliki sumber air pipa" tambah Firdaus.
Secara tidak langsung terjadi pula kenaikan biaya konsumsi air rumah tangga. Sehingga pengeluaran rumah tangga menjadi lebih besar, dan disaat yang sama akan memberatkan karena kondisi ekonomi yang belum pulih.
"Saat ini baru 21.8% masyarkat terlayani dengan air perpipaan, selainnya adalah air non pipa. Hambatan viskal menjadi penyebab utama belum maksimalnya penggunaan air, selain itu masalah tarif juga menjadi salah satu penghambat sebaran air perpipaan. IWI mentargetkan 30% masyarakat terlayani di akhir 2024" imbuh Firdaus. (ham)