JATIMPOS.CO//TUBAN - Semen Indonesia (Persero) Tbk, berkomitmen mengentaskan kemiskinan di wilayah operasional perusahaan. Salah satu sumbangsihnya dengan cara membangun Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) menjadi Rumah Layak Huni (RLH).
Pada tahun 2019 ini Semen Indonesia (SMI) Pabrik Tuban melalui program Corporate Social Responsibility (CSR)-nya membangun RTLH sebanyak 7 unit rumah yang berada di wilayah operasional perusahaan di Kabupaten Tuban.
“Sebanyak 5 unit RTLH sudah selesai dan diserahterimakan kepada penerima, berikutnya akan menyusul tambahan 2 unit lagi yang saat ini masih dalam tahap survey lokasi,” terang Senior Manager of Public Relation &, CSR Semen Indonesia Pabrik Tuban, Setiawan Prasetyo, kepada wartawan Rabu, (3/7/2019).
Selain bantuan pembangunan RTLH dari CSR perusahaan, masih terdapat tambahan 8 unit lagi yang merupakan sumbangsih dari zakat, infaq dan shodaqah seluruh Karyawan Semen Indonesia di Tuban melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Semen Indonesia, sehingga total pada 2019 ini SemenIndonesia membangun RTLH sebanyak 15 unit.
“Total anggaran yang diglontorkan Semen Indonesia untuk pembangunan RTLH pada tahun 2019 ini di Kabupaten Tuban sebesar Rp 675.000.000,” ungkapnya.
Sebelumnya, kata dia, rumah yang dibangun ini merupakan usulan dari pihak desa. Dari hasil verifikasi rumah tersebut mendapatkan bantuan. Kriteria penerima yang dinilai layak mendapatkan program RTLH dari perusahaan, antara lain kondisi rumah, pekerjaan kepala rumah tangga, jumlah tanggungan, dan beberapa faktor lainnya.
“Program pembangunan RTLH ini sudah kita lakukan dari beberapa tahun yang lalu jumlah penerimanya juga sudah banyak. Dan program ini akan terus kita lakukan,” ungkapnya.
Salah satu penerima program, Warsini (41) warga Desa Pompongan, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, mengucapkan terima kasih kepada Semen Indonesia yang telah membangunkan rumahnya. Sehingga, rumah yang dulunya hanya berdindingkan dari bahan anyaman bambu tersebut saat ini sudah menjadi tembok, dan lebih nyaman ditempati.
“Sekarang saya dengan dua anak saya tidak takut lagi terjadi kebocoran saat musim hujan,” pungkas wanita yang bermata pecaharian buruh tani tersebut. (Min)