JATIMPOS.CO//BANGKALAN- Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak meresmikan Compok Sehat Gotong Royong Covid-19 Nahdlatul Ulama yang berlokasi di Pondok Pesantren An-Nafi'iah Kampak, Kec. Geger, Kab. Bangkalan, Madura pada Rabu (11/8).

Compok sehat atau rumah sehat berada jauh dari kediaman santri sehingga dinilai aman untuk mereka yang tidak terpapar. Rumah sehat ini terdiri dari satu kamar luas dengan 10 tempat tidur. Bagian antara laki-laki dan perempuan dipisah dengan menggunakan penyekat demi kenyamanan masing-masing.

Tempat ini juga difasilitasi dengan 9 relawan yang telah dilatih beberapa waktu lalu oleh dokter-dokter Bangkalan dan bahkan menjalani training di RS dr. Soetomo Surabaya. Tak hanya itu, Compok Gotong Royong juga menyediakan 2 ambulan yang siap beroperasi kapan saja.

Untuk mendukung fasilitas yang ada, Wagub Emil turut memberikan bantuan dari Pemprov Jatim berupa 1000 pcs masker kain dan 5 pcs hand sanitizer yang masing-masing berisi 5 liter. Ada pula bantuan sembako berupa beras dari Bupati Abdul Latif.

Wagub Emil meresmikan rumah sehat tersebut dengan gestur simbolik pemotongan pita. Tak lama, ia juga mengecek secara langsung keadaan di Compok sehat Gotong Royong dan memuji keadaan kamar yang menurutnya sangat layak dan dirawat dengan baik.

Dalam kunjungan tersebut, turut hadir Anggota DPR RI Safiudin Asmoro dan RKH Hasani Zubaidi Muntashar serta Anggota DPRD Provinsi Jatim Abdul Halim, juga Bupati Bangkalan R. Abdul Latif Amin Imron dan Forkopimda Bangkalan. Saat sampai di tempat, Wagub Emil langsung disambut oleh para kiyai, ulama, habaib dan pengasuh Pondok Pesantren An-Nafi'iah.

Pada kesempatan itu, Wagub yang akrab disapa Emil tersebut mengatakan bahwa kontribusi pondok pesantren dalam melawan pandemi Covid-19 merupakan salah satu wujud bagaimana pendekatan medis dan keagamaan dapat berjalan beriringan.

"Semoga ini menjadi ladang pahala dan barokah untuk kita semua. Compok Gotong Royong ini adalah bentuk usaha melawan Covid-19 dengan pendekatan medis dan keagamaan. Sebab, para kiyai dan pengasuh pondok ikut mendampingi dalam setiap step. Compok ini juga sebagai alternatif untuk warga yang merasa lebih nyaman mencari perlindungan di pesantren," ujarnya.

Wagub Emil memastikan bahwa rumah sehat ini aman sebab langsung terkoneksi dengan Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes), di mana mereka dengan gejala berat akan langsung dirujuk ke rumah sakit terdekat. Menurutnya, ini akan sangat membantu di saat kasus positif sedang meningkat dan fasilitas rumah sakit menjadi terbatas.

Meski begitu, Wagub Emil menekankan pentingnya mencari pertolongan yang tepat saat gejala virus telah terlihat. Ia menjelaskan bahwa salah satu alasan atas kematian tinggi dikarenakan masyarakat enggan memeriksakan diri.

"Salah satu permasalahan terbesar kita adalah hoax yang telah terpatri di benak masyarakat tentang pandemi. Ini berimbas pada keengganan mereka untuk memercayai tenaga medis juga menerima vaksinasi. Padahal, waktu yang dibutuhkan seseorang sejak terpapar sampai kondisi drop sempit sekali. Jadi penting untuk meluruskan kepada masyarakat bahwa pemerintah dan tenaga medis sedang melakukan yang terbaik sehingga mereka tak perlu ragu mencari pertolongan," terangnya.

Tak hanya itu, Wagub Emil menghimbau agar masyarakat tetap memakai masker. Sebab, risiko penularan virus Covid-19 dapat turun hingga 80%-90% jika semua orang memakai masker. Tentunya, hal ini akan melindungi warga beserta orang-orang tercinta mereka dari bahaya pandemi.

Terakhir, Wagub Emil mengharapkan agar Compok Gotong Royong ini dapat menjadi contoh bagi masyarakat keagamaan di daerah lain dan menginspirasi mereka melakukan hal yang sama. "Kami tidak berharap rumah sehat seperti Compok Gotong Royong ini terpakai karena tentu kami menginginkan agar masyarakat selalu sehat sehingga tidak membutuhkannya. Tapi lebih baik menyiapkan shelter seperti ini sejak awal karena kita tidak pernah tahu kapan ini akan dibutuhkan," tutupnya.

Menurut data per tanggal 10 Agustus 2021, kasus positif Covid-19 di Bangkalan bertambah 17 dengan angka kesembuhan mencapai 60. Sedangkan, terjadi penurunan tingkat keterisian tempat tidur (TT) di rumah sakit sekitar di mana untuk ruang isolasi hanya terisi 30 TT dari total 183 TT. Sementara itu, untuk ICU TT yang terisi berjumlah 7 dari total 10 TT. (*)