JATIMPOS.CO/KOTA MOJOKERTO - Pemerintah Kota Mojokerto mengadakan workshop pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak, diikuti 60 peserta yang terdiri dari relawan tagana, surveyor dan kampung siaga bencana, di Sabha Mandala Tama Pemkot Mojokerto, Selasa (18/7/2023).
Pada acara workshop tersebut, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari menceritakan kisah umat nabi Luth yang dilaknat Allah SWT dan kena azab karena perbuatannya mencintai sesama jenis, berhubungan seks sejenis. “Kenapa kaumnya Nabi Luth ini dilaknat oleh Allah, karena sejatinya kemudharatannya baru kita ketahui di zaman ini yakni munculnya penyakit menular seksual yang disebut dengan HIV AIDS,” katanya.
Menurut penuturanya, saat ini terjadi di sekitar kita perceraian rumah tangga sampai di pelosok-pelosok desa. Kasusnya ya ternyata sama, karena laki-lakinya mau dengan perempuan dan mau juga dengan sesama jenis (AC – DC).
“Perilaku (AC DC) suka sama laki laki juga suka sama perempuan ini justru bagi saya lebih mengerikan karena pintu masuknya penyakit menular seksual, bahkan sampai hari ini Allah SWT, belum memberikan obat penyembuhnya, penyakit menular yang berasal dari hubungan sejenis,“ katanya.
Ning Ita juga menambahkan, setelah seseorang melakukan hubungan seksual sesama jenis sama-sama laki-laki. Kemudian dia menikahnya dengan perempuan maka penyakitnya akan ditularkan kepada perempuan. Inilah kemudharatan sambung-menyambung dari generasi ke generasi dan tidak bisa diputus.
“Makanya kenapa saya bilang lebih mengerikan korbannya laki-laki daripada perempuan dan anak. Sama-sama perbuatan yang buruk tapi dampak kemudharatannya ini lebih mengerikan yang korban laki-laki maka sudah seharusnya ini juga dimasukkan di dalam satu program yang kita usulkan nanti kepada kementerian,” ujar Ning Ita panggilan akrab Wali Kota Mojokerto.
Walikota perempuan pertama ini juga mengungkapkan, sampai hari ini penyakit AIDS belum ada obatnya yang ditimbulkan dari ganti-ganti pasangan tanpa ada ikatan pernikahan yang dianjurkan ajaran agama. Kalaupun ada dan dikonsumsi yang bernama ARV itu tidak menyembuhkan hanya menekan penyebaran virusnya karena HIV itu akan menggerogoti imunitas tubuh manusia.
“Saya bercerita ini karena tahu persis kondisi anak pengidap HIV Aids. Ketika tahun lalu saya berkunjung ke panti asuhan lentera yang ada di Solo dan yayasan kebaya yang ada di Jogja. Panti Asuhan Lentera ini merawat anak-anak yatim yang 100% berada di dalam yayasan itu adalah anak dengan HIV AIDS yang sudah ditinggal meninggal oleh orang tuanya. Mereka (anak anak) yang terinfeksi HIV berasal dari orang tuanya, anak anak ini tidak tahu dosa tapi terlahir sudah dengan HIV AIDS dari orang tuanya,” ungkap Ning Ita.
Sementara itu Kepala Dinas Sosial P3A Kota Mojokerto, Choirul Anwar mengatakan kegiatan workshop pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah untuk meningkatkan kapasitas SDM pilar-pilar sosial pada Dinas Sosial P3A agar lebih berkompeten dalam memberikan pendampingan dan pertolongan kepada korban kekerasan.
Selain itu juga bisa meningkatkan wawasan peserta tentang undang-undang perlindungan anak tentang KDRT, tentang tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dan tentang penghapusan kekerasan seksual. “Workshop ini bisa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya perlindungan perempuan dan anak serta diharapkan bisa menurunkan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak,“ katanya.
Pada kesempatan itu mantan Kabaghumadan Protokol Setda Kota Mojokerto ini menjelaskan, dasar pijakan penyelenggaraan workshop pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak yang diikuti 60 peserta dan dihadiri Walikota Ika Puspitasari.
“Dasar penyelenggaraan Workshop, ialah Undang Undang nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak, Undang-Undang nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, peraturan daerah nomor 4 tahun 2017 tentang kota layak anak serta peraturan daerah nomor 9 tahun 2020 tentang pengarusutamaan gender. (din)