JATIMPOS.CO//LAMONGAN - Di tengah pandemi Covid-19, peringatan Hari Jadi Lamongan (HJL) ke 451 Tahun 2020 berpedoman pada protokol kesehatan dan dilaksanakan secara daring (online) melalui live media sosial.
Bertempat di pendopo Lokatantra Kabupaten Lamongan, peringatan HJL tahun ini berjalan khidmat ditandai dengan dengan Upacara Penyemayaman Lambang Daerah dan Pasamuan Agung, Selasa (26/05/2020).
Ketua DPRD Lamongan H.Adul Ghofur dalam sambutannya menyampaikan peringatan HJL tahun ini memang sengaja diselenggarakan tanpa adanya kegiatan yang biasanya ikut menyemarakkan sebagai tanda peringatan HJL.
Hal ini menurutnya karena adanya wabah Covid-19 yang masih belum selesai, sehingga segala kegiatan yang berpotensi menghadirkan massa ditiadakan sesuai protokol kesehatan untuk menghindari berkerumun.
“Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, perayaan ini dilakukan tanpa adanya hingar-bingar, sebagai bentuk prihatin akan adanya pandemi covid-19. Namun, hal ini tidak lantas mengurangi rasa khidmat dari perayaan,” ujar Adul Ghofur.
Hal senada juga disampaikan Bupati Lamongan H. Fadeli meski peringatan HJL tahun ini dilakukan dengan sederhana, tanpa hiburan, tanpa kirab keliling kota, dalam kondisi waspada pandemi, namun peringatan HJL ke-451 tetap dapat dilakukan dengan baik tanpa mengurangi kesakralannya.
“Mari kita peringati Hari Jadi Lamongan ke-451 ini dengan semangat tinggi, semangat bersatu untuk melawan covid-19 di Lamongan, agar segera berlalu,” ujar Bupati Fadeli pada kesempatan tersebut.
Peringatan Hari Jadi Lamongan (HJL) memiliki makna dan sejarah yang berharga, yakni sebagai bentuk penghormatan untuk mengenang jasa pahlawan, serta refleksi perjalanan lahirnya Kabupaten Lamongan dan perkembangannya hingga kini.
Hari Jadi atau Hari Kelahiran Lamongan diambil dan ditetapkan dari hari dan tanggal diwisudanya Adipati Lamongan yang pertama, yaitu Tumenggung Surajaya oleh Kanjeng Sunan Giri IV. Wisuda tersebut bertepatan dengan hari pasamuan agung dan bertepatan pula dengan Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah tahun 976 H, atau pada Hari Kamis Pahing tanggal 26 Mei 1569 M.
Berbagai kisah terus mewarnai perjalanan Lamongan. Salah satunya kisah putri Adipati Lamongan, Panji Laras dan Panji Liris yang dilamar putri Adipati Kediri, Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi, yang kemudian menjadi legenda dan adat kebiasaan Lamongan.
Hingga kini Kabupaten Lamongan terus berkembang dan menata diri. Dengan nahkoda yang silih berganti, hingga kepemimpinan Bupati H. Fadeli, Adipati ke-42 dan 43 Lamongan.
Berbagai kesuksesan dan prestasi mampu diraih, terutama di bidang pelayanan publik. Selain itu juga mendapatkan tanda kehormatan Samkarya Parasamya Purakarya Nugraha sebagai penghargaan prestisius dan tertinggi di bidang penyelenggaraan pemerintahan.
Perhatian pada kualitas prima pelayanan publik, serta berbagai ikhtiar telah dilakukan guna mewujudkan Lamongan lebih sejahtera dan berdaya saing. (bis)